PWMU.CO – Sebelum terjadi gemba bumi di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), guru-guru Kelompok Bermain dan TK Aisyiyah Bustanul Athfal 39 Wringinanom Gresik sudah merencanakan kegiatan rekreasi keluarga ke ‘Pulau Seribu Masjid’ tersebut.
Tapi bencana alam yang bertubi-tubi melanda wilayah tersebut sempat membuat bimbang. Apa kegiatan tersebut dilanjutkan atau tidak?
Namun, Kepala TK ABA 39 Wringinanom Kusmiati SPd memantapkan hati memilih untuk tetap berangkat. “Bismillah dengan seizin keluarga besar, kami akan berangkat. Di sana, selaian menunaikan rencana awal, kami juga akan menjalankan misi kemanusiaan melakukan bakti sosial,” katanya pada PWMU.CO, Rabu (15/8/18).
Maka, sebanyak delapan keluarga—dari sepuluh keluarga yang ada—akhirnya berangkat ke Lombok NTB. Mereka berada di sana selama tiga hari, yaitu Jumat-Ahad (10-12/8/2018).
Misi kemanusiaan yang dimaksudkan Kusmiati adalah penyaluran donasi yang saat itu juga digalang oleh sekolah dan beberapa Pimpinan Ranting Aisyiyah (PRA) di Cabang Wringinanom.
Dengan rincian: dari KB dan TK Aisyiyah Rp 5.545.000, PRA Wringinanom Rp 740.000, PRA Panggang Rp 500.000. Total: Rp 6.785.000 ditambah tiga kardus pakaian yang masih layak pakai.
Dengan panduan dari guide Mas Fiko dari Travel Alam Semesta, dana dan pakaian tersebut akhirnya disalurkan melalui Kepala SMP Muhammadiyah Mataram, Kodrat SPd.
Pak Kodrat—sapaannya—menyampaikan ungkapan terima kasih dan juga memberitahukan bahwa donasi yang diterima sebelum ini sudah tersalurkan kepada pihak yang membutuhkan.
“Karena banyak bantuan yang tidak sampai kepada para korban akibat ulah oknum yang tidak bertanggungjawab,” terang Kodrat yang juga pelatih Tapak Suci itu.
Kusmiati menceritakan, perguruan Muhammadiyah Kota Mataram yang terkena dampak adalah TK dan SD Aisyiyah, serta SMP Muhammadiyah, yang berada dalam satu kompleks. Saat ini tiga sekolah tersebut masih diliburkan.
“Bangunan SD Aisyiyah di sana ada yang roboh dan beberapa dinding retak parah,” ujarnya.
Setelah mengunjungi kompleks perguruan itu, rombongan tersebut baru menuju tempat wisata yang masih aman seperti Pantai Kuta Mandalika. Juga melihat kediaman Suku Sasak, suku asli pulau Lombok. Selain rekreasi di pemandian Narmada Park.
Pengalaman menarik adalah saat menginap di Hotel Surya di Mataram. “Kondisi dinding kamar hotel banyak yang retak. Ada juga bangunan yang ambruk. Pemilik hotel pun masih waspada. Mereka memilih tidur di lobi hotel di atas kasur lipat daripada di kamarnya,” cerita Kusmiati.
Rombongan dari Wringinanom itu adalah satu-satunya tamu yang menginap di hotel tersebut, karena sudah jauh-jauh hari di-booking. Mereka nekad menginap di situ karena terpaksa.
Masjid di dekat hotel pun, sambungnya, dipasang Police Line karena atapnya banyak yang roboh.
Semoga duka Lombok segera berakhir! (Kiki Cahya Muslimah).