PWMU.CO – Ahmad Syah Aldo Savero, siswa kelas VI SD Muhammadiyah 1 Giri Kebomas Gresik alias SD Muri masih tak bisa melupakan perasaan senangnya saat memimpin penggalangan dana gempa Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), di sekolahnya, Selasa (14/8/18) lalu.
Siswa yang biasa dipanggil Vero itu, bersama teman sekelasnya Luna—nama lengkap Rakhiza Mezzaluna Indirwan—itu memakai busana adat setempat saat memimpin penggalangan dana peduli Lombok.
Memakai baju bernuansa biru, keduanya tampak berjalan kesana-kemari untuk menarik perhatian warga sekolah. “Saya senang bisa membantu memimpin penggalangan dana ini, meskipun capek harus berkeliling dan sumuk (kegerahan) dengan baju ini,” ujar Vero, yang tampak gagak dan ganteng dengan pakaian adat itu; seperti juga Luna yang nampak anggun dan cantik.
Vero dan Luna berkeliling lingkungan sekolah dengan pakaian khas daerah Lombok untuk menggugah semangat peduli warga sekolah. Mereka berdua berdiri di halaman sekolah, gerbang, dan tangga masuk, serta di depan kelas-kelas untuk mengumpulkan sumbangan.
Upaya itu tidak sia-sia. Puluhan siswa segera berbondong-bondong mengelilingi keduanya dan berebut memasukkan amplop yang telah disiapkan.
“Kami melakukan penggalangan dana spontan hanya sehari,” ujar Riza Agustina WS, Wakil Kepala SD Muri Bidang Kesiswaan.
“Mengapa hanya sehari? Selain melihat kondisi sosial ekonomi sebagian besar siswa kami, sumbangan peduli Lombok ini bersifat spontanitas. Anak-anak menyisihkan uang saku hari ini dan dimasukkan dalam amplop tertutup tanpa identitas,” terangnya.
Riza menjelaskan, hal seperti itu ditempuh untuk menumbuhkan keikhlasan berkorban bagi orang lain yang lebih membutuhkan.
“Alhamdulillah dari 217 siswa kelas I-VI, terkumbul donasi sebesra Rp. 3.012.000. Dan itu diteruskan hari itu juga pada, Mbak Liesna Eka Noviani, staf Lazismu Gresik,” ujarnya.
Secara terpisah, Kepala SD Muri, Dina Hanif Mufidah menyampaikan, sekolah harus menitipkan inspirasi dalam setiap kegiatannya. Ia berharap bahwa pakaian adat itu bisa menjadi “cantolan” yang menautkan hati dan fikiran anak anak dengan daerah NTB yang mungkin belum pernah mereka kunjungi.
“Semoga menginspirasi mereka untuk bertekad suatu saat harus bisa mengeksplorasi indahnya Indonesia dengan berkunjung ke Lombok bersama keluarga atau sendiri saat mereka dewasa,” tutur Ustadzah Dina—sapaannya.
Makanya, sambungnya, sekarang kita harus ikut peduli dan berdoa agar bencana di sana segera berakhir, Lombok kembali indah. (DHM)