Selain bisnis persewaan motor, Juma’ juga tetap berdagang sembako. Dua ruko ia beli untuk usahanya ini. Tapi, lagi-lagi Juma’ diuji. Kebakaran kembali meluluh-lantakkan bisnisnya. Tapi tempaan pendidikan agama yang ia peroleh saat sekolah sambil mondok di Pesantren Muhammadiyah Babat, membuatnya tetap tegar. Ia selalu ingat nasehat KH Mukhlis Sulaiman. “Pak Kyai sering mengingatkan kami dengan menyitir ayat Alquran bahwa Allah tidak akan membebani seseorang kecuali sesuai dengan kadar kesanggupannya,” katanya.
Dengan dorongan ajaran itu, Juma’ yakin bahwa cobaan kebakaran itu bukan sesuatu yang tidak bisa diatasi. “Insyaallah saya bisa bangkit,” katanya. Lima kali usaha Juma’ terkena musibah kebakaran: 2003, 2004, 2005, 2006, dan 2009. Jika ditotal, kerugian yang diderita Juma’ dalam lima kebakaran itu mencapai Rp 4 M.
Tergoda politik
Pascakebakaran di Puncak Jaya, Juma’ harus berbisnis mulai dari nol lagi. Pada tahun 2009, atas permintaan “Kepala Suku Lamongan” Sumardi, ia kembali ke Timika. Kali ini ia didorong untuk menjadi calon legislatif dari Partai Golkar. Permintaan masuk dunia politik ini juga didukung Bupati Mimika Klemen Tinal. Juma’ pun tergoda. Maka bertarunglah Juma’ untuk memerebutkan kursi Senayan pada Pemilu 2009.
Sesungguhnya ia berpeluang besar merebut kursi DPR RI itu. Dalam hitungan kasar, orang Jawa (Lamongan) saja ada 15 ribu. Tapi dalam dunia politik yang serba misterius, potensi suara 15 ribu itu ternyata cuma nyantol 500 suara. “Ada permainan politik. Dan saya gagal melaju ke Senayan,” ungkap Juma’, yang mengaku untuk proses “belajar” politik itu ia harus menghabiskan biaya Rp 1,3 M.
(Baca: Sukses Berkat Nyantri, Inilah Testimoni Alumni Pesantren Muhammadiyah)
Tapi, lagi-lagi Juma’ ingat pesan Kyai Mukhlis. “Beliau sering mengajarkan hikmah Alquran, bahwa barangsiapa yang bertakwa kepada Allah maka ia akan diberi jalan keluar dan diberi rezeki yang tak disangka-sangka,” tuturnya. Bekal itu membuat Juma’ kembali bangkit.
Kali ini ia kembali menekuni dunia bisnis. Dengan etos kerjanya yang tinggi, akhirnya ia kembali berhasil menjadi pedagang sembako. Tiga ruko kini ia miliki untuk lapak-lapak segala macam kebutuhan dapur: dari beras sampai daging. Dari minyak sampai bawang putih. Selain itu, Juma’ juga menjadi Stukis Ice Cream Wall’s dengan memiliki 15 penjual keliling.
(Baca: Akhirnya Muhammadiyah Rumuskan Gerakan Dakwah Ekonomi)
Selain keuletannya dalam berbisnis, Juma’ juga adalah seorang pendakwah tangguh. Dua periode ia menjadi Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Mimika (2010-2015 dan 2015-2020). Awal tahun ini, Muhammadiyah yang dipimpinnya berhasil membeli tanah seharga Rp 660 juta. Tanah ini akan dipersiapkan sebagai kompleks Perguruan Muhammadiyah. Peletakan batu pertama dilakukan tanggal 17 Pebruari 2016. Saat ini PDM Mimika sudah memiliki amal usaha berupa Masjid An Nur dan TK ABA. “Insyaallah nanti kita lengkapi dengan sekolah sampai tingkat SMA,” harapnya.
Salah satu prinsip yang ia pegang adalah soal keharusan sedekah. Lagi-lagi ia pegang erat nasehat Alquran yang dulu dipesankan Kyai Mukhlis bahwa barang siapa yang bersyukur makan ia akan ditambah nikmatnya. “Bisnis ini untuk dakwah,” tuturnya. Ia yakin bahwa bisnis yang sebagian hasilnya digunakan untuk dakwah adalah bagian dari cara bersyukur. Semoga Cak! (Mohammad Nurfatoni)