PWMU.CO – Setiap manusia itu adalah pemimpin. Setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat. Tidak terkecuali pemimpin organisasi, politik dan rumah tangga. Demikian disampaikan Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim Nadjib Hamid MSi dalam Pengajian Ahad Pertama Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Tulungagung di Masjid Alfattah, Kepatihan, (2/9).
Pemimpin atau imam, kata Nadjib, mempunyai fungsi dan tugas yang sama. Fungsi yang pertama adalah memimpin atau mengkomando gerakan. Dalam shalat misalnya, ketika imam bergerak baru makmum mengikutinya. “Hal ini berarti pemimpin harus memulai gerakan. Jangan sampai pemimpin itu berhenti bergerak,” katanya.
Lebih lanjut Nadjib menguraikan, siapapun konstituen (jamaah) yang memilih, ketika pemimpin terpilih harus berlaku adil kepada semua. “Jangan dibedakan ini pemilih saya dan itu bukan pemilih saya. Semua berhak atas fasilitas yang sama,” tegasnya tentang prinsip Islam terkait bagiamana pemimpin memperlakukan rakyat.
Fungsi kedua imam adalah pengarah dan koordinasi. Hal ini bisa terlihat pada saat akan memulai shalat berjamaah. Imam akan berkata sawuu sufuufakum fa inna taswiyata sufuufi min tamamisshalat, lurus dan rapatkan shaf karena lurus dan rapatkan akan menyempurnakan shalat.
“Jadi seorang pemimpin harus sesuai antara ucapan dan perbuatan. Jangan sampai bertentangan karena ucapan dan perbuatan pemimpin akan diikuti oleh makmum atau pengikutnya,” tegas Nadjib.
Selanjutnya Nadjib Hamid mengungkapkan pada saat Muktamar Muhammadiyah tahun 2005 di UMM, yang pada saat itu sebagai Sekretaris Pelaksana, ada pasal yang janggal. Yaitu larangan calon ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah dicalonkan sebagai Presiden atau Wakil Presiden.
Bagi Nadjib, pasal seperti ini bertentangan dengan taqdir umat Islam yang harus menjadi pemimpin organisasi atau negara. “Di Muhammadiyah ini menyiapkan pemimpin termasuk pemimpin bangsa. Namun kenapa malah dilarang sendiri oleh Muhammadiyah jika ada kadernya yang berbuat demi bangsa” imbuhnya.
Sebenarnya dengan menjadi pemimpin di pemerintahan, tambahnya, syiar dakwah Islam akan semakin lancar meskipun tidak menutup kemungkinan hal negatif juga ada. Calon anggota Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) 2019-2024 ini mencontohkan tentang keberhasilan berbagai penutupan lokalisasi di Surabaya, Dolly dan Kremil.
Lokalisasi legendaris itu berhasil ditutup oleh Walikota Surabaya Tri Rismaharini. Meski penentangan dari berbagai pihak tidak terhindarkan. “Bu Risma, keturunan dari embah di Kediri yang juga kader Aisyiyah,”jelas Nadjib Hamid.
Kemudian, Nadjib menyampaikan sebuah ayat yang artinya, “(Yaitu) orang-orang yang jika Kami beri kedudukan di bumi, mereka melaksanakan shalat, menunaikan zakat, dan menyuruh berbuat yang makruf dan mencegah dari yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan,” begitu terjemahan QS al-Hajj ayat 41 yang dibacakan Nadjib.
“Maka dari itu marilah pada tanggal 17 April 2019 kita pilih pemimpin kita” imbuh Nadjib. Sebuah ajakan diserukan untuk tidak menghargai suara warga seharga tongket, setong seket. Atau satu lima puluh ribu. “Apapun motifnya, itu merusak moral bangsa dan akan menjafikan pemimpin korup,” tandasnya.
Di akhir pengajian, Najdib membagikan sovenir berupa 5 buah buku dengan cara menjawab pertanyaan dan seluruh pertanyaan dijawab dengan benar oleh jamaah. (hendra/muslih)