PWMU.CO – Memasuki tahun baru 1440 Hijriah ini, terasa sekali ada sodokan yang menghunjam kesadaran eksistensial ke-Islaman kita, yang memacu aktualisasi berbagai proyeksi bagi kemajuan peradaban Islam.
Sodokan ini semakin terasa ketika kontemplasi terhadap kehakikian hijrah yang dilakoni Nabi Muhammad SAW dari Makkah ke Yatsrib yang terjadi pada tahun 622 Masihi merasuk ke ranah dalam kedirian kita.
Ketika itu Makkah menolak pewujudan bangunan peradaban yang dibasisi dimensi teologis monistik yang dibimbing wahyu suci melalui kiprah total Nabi SAW dan sedikit para Sahabat beliau. Bahkan tidak sekadar penolakan tetapi bahkan berbagai persekusi.
Ada prestise yang mati-matian dipertahankan oleh subjek tindak persekusi ini. Prestise itu mengambil bentuk keangkuhan mempertahankan status quo terhadap berbagai idol imitasi sebagai “maa wajadnaa ‘alayh aabaaanaa“, seraya menegasikan logika yang lurus.
Dengan hijrahnya pembawa misi suci ini, tertundalah perwujudan peradaban teologis monistik yang menghadirkan kerahmatan bagi semua, dan baru dimulai kembali secara frontal sekitar dua tahun sebelum beliau wafat, melalui fath Makkah.
Sementara itu Yatsrib telah berubah dengan bangunan peradaban baru yang teologis monistik, yang ditandai dengan: kesaudaraan antarberbagai kelompok, khususnya antara Muhajirin dan Anshar, ketertiban tatanan kekuasaan, terutama melalui shahifah Madinah. Juga perubahan nama Yatsrib menjadi al-Madinah al-Munawwarah—kota yang tercerahkan, dan sebagainya.
Bangunan peradaban teoligis monistik humanis inilah yang jauh hari ketika masih di Makkah, Nabi SAW proyeksikan tidak saja bagi kawasan Arab tapi juga bagi kawasan di luarnya: rahmatan lil alamin.
Proyeksi ini, sekarang di tahun baru 1440 Hijriyah, menohok kembali ke kesadaran eksistensial kita, menuntut ketercapaiannya di seluruh jengkal bumi ini. Hijrahlah ke kawasan masa hadapan, ke Amerika, ke Prancis, ke Jerman, ke Inggris, ke Australia, ke Jepang, ke Tiongkok, dan berbagai kawasan lain!
Tentu sebelum hijrah ke kawasan yang dijanjikan, ke kawasan ampunan-Nya dan ke surga-Nya! (*)
Kolom oleh M Saad Ibrahim, Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur.