PWMU.CO-Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah (MIM) 28 Bangkingan Surabaya mengadakan peringatan Tahun Baru 1440 Hijriyah di sekolah, Rabu (19/9/2018).
Acara diawali dengan shalat Dhuha, dilanjutkan hafalan surat-surat pendek juz Amma. Setelah itu kajian keislaman yang diisi oleh Ustadz Sugeng Purwanto, sekretaris Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Lakarsantri.
Di depan audiens anak-anak kelas 1-3 ini dengan bahasa sederhana, Ustadz Sugeng menyampaikan sejarah penetapan tahun Hijriyah di zaman Khalifah Umar bin Khaththab.
”Gubernur Bashrah Abu Musa Al Asy’ari berkirim surat ke Khalifah Umar yang bingung dengan surat-surat negara hanya mencantumkan tanggal dan bulan tanpa tahun itu,” kata Sugeng bercerita.
Dari keluhan itu, Umar lantas mengumpulkan para sahabat untuk menetapkan tahun sebagai pedoman untuk rakyat. Ada banyak usulan diajukan. Mulai mengambil tahun kalender Rumawi, patokan kelahiran Nabi atau wafatnya. Tapi usulan Ali bin Abu Thalib yang berpatokan peristiwa hijrah ke Madinah akhirnya disepakati sebagai tahun pertama kalender umat Islam ini.
Penamaan bulan, kata dia, memakai yang berlaku dalam tradisi masyarakat Arab yang berjumlah 12 bulan. Muharam ditetapkan sebagai bulan pertama. ”Nama bulan itu sesuai musim dan kebiasaan masyarakat Arab,” kata penulis buku Kisah Dramatik Hijrah ini.
Misalnya, dinamakan Jumadil Ula karena memasuki awal musim kering atau kemarau. ”Ramadhan itu artinya musim panas, kemudian masuk bulan Syawwal yang artinya bahagia karena meninggalkan musim panas,” ujarnya.
Di akhir kajian terjadi kehebohan. Sebab Ustadz Sugeng memberikan hadiah untuk siswa yang bisa menjawab pertanyaan berkaitan dengan isi ceramah. Para siswa sangat antusias berebut menjawab dengan mengacungkan telunjuk.
Anak-anak yang ditunjuk dan jawabannya benar terlihat senang dan bangga ketika menerima hadiah. Kehebohan berakhir saat hadiah yang disediakan habis dibagi.
Selesai kajian, sebanyak 97 murid berbaris di halaman. Mereka menggunakan mahkota warna-warni kemudian pawai keliling kampung di sekitar sekolah sambil membagikan kue. Ada sebanyak 128 kota kue yang dibagikan.
Kue itu dikumpulkan dari para siswa yang dibawa pagi tadi. Masing-masing siswa membawa dua kotak. Warga dengan senyum ceria menerima kue tahun baru itu dari tangan-tangan mungil anak-anak.
“Semoga kebahagiaan dalam merayakan Tahun Baru Islam dan berbagi kali ini menjadi kebahagiaan kita semua,” kata Ustadzah Lisa, guru kelas 1 yang mendampingi siswanya.
Kepala MIM 28 Hidayat ST menjelaskan, kegiatan ini untuk mengenalkan siswa dengan kalender Islam. Cara merayakannya bukan berhura-hura tapi berbagi makanan ke masyarakat. ”Ini salah satu cara menanamkan karakter peduli terhadap sesama,” ujarnya.
Kenapa jumlah kue yang dibagi 128 kotak, menurut dia, untuk memudahkan mengingat angka 28 sebagai nomor sekolah ini. Dari angka 28 (dua delapan) itulah diperoleh singkatan Dupan sebagai sebutan MIM 28. (Arianing)