PWMU.CO – Ketika seorang hamba berinfak tetapi tidak ada keikhlasan maka ibadahnya akan sia-sia. “Maka, ayo kita kuatkan keikhlasan supaya Allah memberikan imbalan berupa rahmat dan hidayah-Nya pada kita semua!”
Ajakan berbuat ikhlas itu menggema di selasar kelas SD Muhammadiyah 2 Gresik Kota Baru (GKB) di Pondok Permata Suci, Gresik, Jumat (21/9/18). Adalah Muhammad Tajuddin Kusuma yang menyampaikannya ketika dia bertindak sebagai khatib pada jamaah shalat Jumat kali ini.
Tapi jangan kaget. Tajuddin, begitu dia dipanggil, tidak berpenampilan ustadz seperti lazimnya khatib pada Jumatan di masjid atau mushala—yang selalu berpeci, berbaju koko atau berjas, dan berpeci.
Dia hanya berbaju coklat, bercelana warna biru tua, dan memakai kain hijau bergaris merah yang didilitkan di lehernya menjulur sampai dada. Dan itu bukan kain sorban yang biasa dipakai kiai.
Sang khatib memang sedang berseragam Hizbul Wathan (HW)—gerakan kepanduan yang didirikan Muhammadiyah—karena memang dia adalah siswa SMP Muhamamdiyah 12 GKB, Gresik, yang tiap Jumat diwajibkan mengenakan seragam seperti itu.
Jadi, khatib yang berseragam HW dan berkhutbah di hadapan siswa kelas V dan VI itu masih remaja SMP? Jawabnya: ya. Dan Tajuddin (13 tahun) bukan satu-satunya khatib remaja yang ada di SMP yang berjulukan Spemdalas itu. Selain dia, ada Ega Nandana Rafi, Faqih Al Fatih, dan M. Juan.
“Dalam semester ini ada empat siswa kelas IX yang kita jadikan khatib,” jelas Aditama SAg, guru Al-Islam Spemdalas.
Dia menjelaskan, empat siswa yang ditugaskan secara bergilir sebagai khatib di SD Muhamamdiyah 1GKB dan SD Muhamamdiyah 2 GKB itu sudah melalui latihan. “Mereka telah dipilih dan dilatih tiap Rabu dan Kamis sore bagaimana tata cara berkhutbah oleh tim Al-Islam,” terangnya.
Menurut Ustadz Aditama, sapaanya, program khatib remaja itu bertujuan untuk melatih kemampuan berbicara di depan umum. “Sekaligus sebagai implentasi pembelajaran Al-Islam, khususnya menyampaikan pesan agama sesuai dengan tema khutbah yang diberikan,” terangnya sambil menyebut beberapa tema.
“Hari ini temanya Ikhlas. Jumat lalu Dzikir dan Ibadah. Dan Jumat depan: Sombong dan Dampak Negatifnya,” kata dia.
Aditama menerangkan, materi-materi khutbah disiapkan oleh tim Al-Islam. “Teks dibuat dan dicek tim Al-Islam sebelum dibacakan dalam khutbah,” ujarnya.
Hanya saja, karena tim Al-Islam pekan ini sibuk menyiapkan PTS (penilaian tengah semester), maka materi khutbah Tajuddin diambilkan dari majalah Matan edisi Maret 2018.
Dihubungi secara terpisah, Tajuddin mengaku sudah empat kali menjadi khatib. “Di kelas IX baru satu kali. Yang tiga kali saat masih di kelas VIII,” ujarnya pada PWMU.CO. “Insyaallah yang kelima Jumat depan khutbah di SD Muhamamdiyah 1 GKB.”
Dia pun menyampaikan pengalaman saat kali pertama jadi khatib, “Khutbah pertama waktu kelas VIII sedikit grogi,” ungkapnya. Tapi, sambungnya, ketika khutbah kedua dan Jumat hari ini sudah biasa.
“Latihan yang diberikan guru Al-Islam sangat membantu dalam menyampaikan khutbah dengan baik,” ucap Ketua Bidang Dakwah Kajian Islam Pimpinan Ranting Ikatan pelajar Muhamamdiyah Spemdalas itu.
Kepala SD Muhammadiyah 2 GKB Mohammad Noor Qomari menjadi saksi bagaimana kepiwaian Tajuddin menyampaikan khutbah.
“Penyampaiannya sangat bagus baik dilihat dari sudut intonasi, suara, maupun performance. Meskipun memakai teks, tapi dia pandai berimprovisasi sehingga pandangannya sering tertuju ke jamaah. Jadi dia hampir tak membacanya,” ungkapnya. “Dia juga selalu bersemangat saat khutbah.”
Bukan hanya itu, menurut Ustadz Ari—sapaannya—bacaan Alquran Tajuddin juga sesuai dengan penerapan murajaah. “Baik dari tajwid, makharijul huruf, maupun tilawah,” ucapnya.
Guru Tajuddin di SD Muhamamdiyah Manyar (SDMM) Gresik Ria Pusvita Sari menyampaikan, bakat orator muridnya itu sudah terlihat saat dia masih di sekolah dasar itu.
“Kalau ingat waktu dia kultum di Masjid itu (At Taqwa Perumahan Pongangan Indah), menggebu-ngebu alias ngotot bersemangat. Gak datar-datar saja,” kata Vita, sapaannya.
Di SDMM, ujarnya, siswa angkatan ke-7 yang masuk International Class Program (ICP) itu memang dikenal menonjol di bidang Al Islam. “Dia ikut Klub Ismubaris,” terangnya menyebut klub Al-Islam, Kemuhammadiyahan, Bahasa Arab, dan Bahasa Inggris.
Soal Jumatan dengan khatib siswa, Ustadz Ari menjelaskan, “Intinya memberikan kesempatan kepada anak-anak sebagai dai masa depan. Dengan berjalannya waktu mereka akan terasah dan terlatih.”
Di Berlian School—julukan SD yang dia pimpin—dalam satu bulan menjadwal satu kali siswa Spemdalas dan satu kali siswa SMA Muhammadiyah 10 GKB (Smamio). “Selainnya, kepala sekolah dan guru (yang jadi khatib),” jelasnya.
Soal Jumatan yang diselenggarakan di selasar kelas V dan VII Ustadz Ari mengatakan jika itu hanya sementara. Karena aula sekolah yang biasa dipakai dalam kegiatan itu, hari ini tidak bisa dipakai.
Selain untuk mengader khatib, Jumatan di sekolah SD Muhammadiyah GKB juga untuk ‘mencetak’ imam dan muadzin. Menurut Ustadz Aditama, saat ini ada empat muadzin yang dibina Spemdalas dan dijadwal rutin untuk mengumandangkan adzan Jumat.
Mereka adalah Daffa Rizky, M. Zaky Glow, Akhmad A’mal, dan Amar. “Yang muadzin juga ada pelatihan. Yang melatih juga tim Al-Islam,” ujar Aditama.
Sedang untuk imam, menurut penuturan Ustadz Ari adalah satu paket dengan khatib. “Kalau pas jatah Smamio, khatib dan muadzin ya dari Smamio. Alias satu paket,” tuturnya.
Tapi untuk siswa Spemdalas, imamnya dari guru seperti Jumatan yang berlangsung hari ini dengan imam Ustadz Hermansyah SPdI. “Adapun muadzinnya tadi adalah Daffa Rizky siswa kelas VII,” jelas Ustadz Aditama.
Hanya saja, tidak semua ‘khatib’ lulusan Spemdalas bisa meneruskan langkahnya itu saat lulus SMP. “Kalau dia masuk ke Smamio program ini masih dia ikuti. Mereka akan khutbah di Berlian School dan SD Mugeb,” kata Ustadz Aditama.
Tentu, upaya sekolah Muhammadiyah Gresik, khususnya GKB, ini patut diapresiasi. Kecil-kecil … eh remaja-remaja sudah jadi dai alias penyampai dahwah.
Dan ingat pesan Ali bin Abu Thalib: undzur ma qala wala tandur man qala. Perhatikan apa yang disampaikan dan jangan melihat siapa yang menyampaikan! (Ichwan Arif/Nur)