PWMU.CO-Tokoh reformasi Prof Dr M. Amien Rais menyatakan, tidak bisa bermain-main dalam memilih pemimpin. Jangan memilih pemimpin kafir jika ingin Muhammadiyah tidak bermasalah di akhirat.
Itu dikatakan Amien Rais dalam acara Dialog Ideopolitor yang diadakan Majelis Pendidikan Kader PP Muhammadiyah di Yogyakarta, Jumat (28/9/2018).
“Kalau ada yang berpesan pilihlah sesuai hati nurani, pileg boleh, tapi kalau the first (presiden) gak boleh, harus tegas dan jelas,” tandas mantan ketua MPR ini.
Di zaman mundialisasi ini tidak ada negara yang tidak ada campur tangan asing. Indonesia pasti dijadikan sasaran untuk diatur bahkan dilemahkan oleh kekuatan asing. Saat ini Indonesia berada dalam titik nadir setelah merdeka.
Menurut Amien, zaman Pak Harto masih ada kebaikannya, China hanya ekonomi. Politik tidak. Sekarang semua bisa dimasuki. Ia mengambil contoh tol laut Indonesia yang akan disatukan, dikawinkan dengan OBOR (One Belt One Road) Laut China.
“Kawin itu harus sekufu. Perkawinan Siti Nurbaya dengan Datuk Maringgi itu tidak sekufu. Itu merupakan bentuk penjajahan,” ujar Amin Rais.
Karena itu, dia mengatakan, dalam keadaan apapun orang mukmin tidak akan kehilangan kompas, selama bertahkim dengan Alquran. Namun seringkali umat Islam goyah melihat tantangan yang menimpa umat.
Jika menghadapi tantangan, dia sarankan, menggantungkan masalahnya kepada Allah. “Fafirru ilallah, larilah kepada Allah, mintalah kepada Allah, pasti tidak akan bingung,” tutur ayah dari Hanafi dan Hanum ini.
Ia menceritakan, tahun 60-an saat menghadiri pengajian Muhammadiyah di Kantor PP ada tulisan yang masih nempel di tembok. Surat Attaubah ayat 105. Wa quli’maluu fasayarallahu amalakum wa rasuuluhu walmukminun.
Kata dosen UGM, ayat ini menegaskan jati diri Muhammadiyah sebagai harokah. ”Wa quli’maluu, beramallah kamu. Niscaya Allah dan RasulNya serta orang beriman akan melihat pekerjaanmu. Senantiasa beramal, itulah Muhammadiyah,” lanjut Ketua PP Muhammadiyah periode 1995-2000.
Muhammadiyah punya ayat idaman, yaitu Ali Imron: 104 yang selalu menjadi spirit dalam mengibarkan amar makruf nahi munkar.
Kekurangannya adalah pembidangannya belum kaffah. Sejak Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah, Ahmad Dahlan memilih tiga bidang, yaitu pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan ummat.
“Yang perlu disadari waktu itu konteks penjajahan, bahwa dakwah Islam tidak mungkin berkembang menjangkau umat kecuali payung politiknya ramah menjangkau ummat Islam. Sementara dimensi kehidupan sosial itu tergantung siapa yang memegang kekuasaan politik,” tegasnya. (R6)