PWMU.CO – Ahad 30 September 2018 adalah hari yang penuh kebahagiaan bagi kader dan alumni Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya.
Pasalnya, pada hari itu alumni IMM UINSA Surabaya—dari angkatan pertama 1988 hingga angkatan 2018—bertemu dalam acara bertajuk Silaturahmi Fokal IMM UINSA, di Gedung Muhammadiyah Jawa Timur, Jalan Kertomenanggal IV No 1 Surabaya.
“Menggetarkan hati dan (bikin) takjub,” ujar Amsikul Ma’arif, Ketua Forum Komunikasi Alumni (Fokal) IMM UINSA Surabaya.
M Sholihin Fanani, Ketua Koordinator Komisariat (Korkom) angkatan pertama menceritakan, “Tahun 1988 adalah kelahiran IMM dengan Ketua Komisariat pertama Syahidan yang sekretariatnya berada di Gang 4 Wonocolo. Dan memiliki sebutan Komisariat Wonocolo,” jelasnya.
Setelah masa dua tahun berjalan terjadi pergantian kepengurusan Komisariat Wonocolo dari Syahidan ke M. Sholihan Fanani.
“Di masa inilah embrio Koordinator Komisariat IAIN Sunan Ampel Surabaya (kini UINSA) berdiri dan terbentuk kepengurusan Korkom yang dilantik oleh Pak Amien Rais (Ketua Majelis Tabligh PP Muhammadiyah saat itu yang pernah aktif di DPP IMM) di Wisma Guru Surabaya,” kata Sholihin dalam sambutannya sebagai Penasehat Fokal IMM UINSA Surabaya.
“Pada masa itu hanya ada Komisariat Tarbiyah, Komisariat Syariah, dan Komisariat Ushuluddin dengan Sekretariat Korkom di Jalan Pabrik Kulit Gang 3 No 22 Wonocolo, Surabaya,” jelas Sholihin.
Kepada seluruh kader dan alumni IMM UINSA, Sholihin berpesan agar mereka memegang empat identitas. Pertama, IMM adalah organisasi kader umat, bangsa, dan persyarikatan yang bergerak dalam bidang keagamaan, kemasyarakatan, dan kemahasiswaan.
“Suatu keniscayaan bagi seluruh kader dan alumni IMM UINSA Surabaya mengemban misi Islam yang rahmatan lil alamin,” tutur mantan Kepala SD Muhammadiyah 4 Pucang Surabaya.
Pada pesan kedua, Sholihin berharap IMM turut menyukseskan dakwah Muhammadiyah, khususnya dakwah di tengah-tengah kampus. Sebab, sebagai bagian dari organisasi otonom Muhammadiyah, maka sewajibnya ada misi-misi yang harus disampaikan sebagai bagian dari dakwah Muhammadiyah untuk menjadi masyarakat yang utama.
Sholihin bersyukur sudah banyak alumni IMM UINSA yang mengembangkan misi dakwah Muhammadiyah. Seperti menjadi Ketua Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah Jawa Timur, atau Ketua Bidang Dakwah Khusus di Pimpinan Pusat Muhammadiyah.
Sebagian peserta silaturahim. (Dimas/PWMU.CO)
“Syukur alhamdulillah ada alumni IMM UINSA yang menjadi profesor, banyak yang menempuh doktoral dalam studinya, menjadi dosen-dosen di perguruan tinggi negeri maupun swasta terutama di perguruan tinggi Muhammadiyah, atau menjadi komisioner KPU dan Bawaslu,” lanjutnya.
Di daerah-daerah, dia melanjutkan, juga ada yang sudah menjabat sebagai kepala sekolah Muhammadiyah, Kepala Kementrian Agama, dan masih banyak lagi kesusksesan dalam rangka mengemban misi dakwah Muhammadiyah,” ungkap Sholihin bangga.
Pesan ketiga Sholihin adalah soal tertib dalam ibadah dan tekun dalam studi. “Wajib hukumnya selaku kader dan alumni IMM UINSA tidak meninggalkan ibadah-ibadahnya dan semakin meningkatkan ketkunan ibadahnya, serta tidak mudah menyerah dalam berstudi,” pesannya.
Pesan keempat, menurut Sholihin, identitas IMM harus mampu menggabungkan kekuatan akidah dan kekuatan ilmiah dalam rangka menyatalaksanakan ketakwaan kepada Allah SWT.
“Identitas ini memang berat, tapi sebuah keniscayaan yang bisa diwujudkan apalagi sebagai kader dan alumni IMM UINSA,” tutur dia. (Dimas HA)