PWMU.CO – Pimpinan Ranting Ikatan Pelajar Muhammadiyah (PR IPM) SMA Muhammadiyah 2 Surabaya (Smamda) mengadakan Leadership Training Camp (LTC) di Wonosalam Training Center Jombang, Jumat-Ahad (5-7/10).
Mengusung tema Be Creative Be an Inspiring Leader kegiatan tersebut bertujuan mencari bibit pemimpin baru dalam jajaran PR IPM. Juga menyiapkan calon pemimpin siswa yang tangguh, berwawasan luas, kreatif, dan militan.
Diikuti 72 peserta terdiri dari kelas X dan XI pendaftar calon anggota IPM. “LTC tahun ini berbeda dari tahun kemarin. Ada beberapa kejutan sebagai tambahan agar menarik karena konsep tiap tahun berbeda. Membuat peserta merasakan hal yang berbeda,” papar Elly Nuriyati, pembina IPM.
Selama tiga hari peserta mendapatkan banyak materi mulai dari kepemimpinan, ke-IPM-an, manajemen waktu, kreativitas, dan memasak. Pelbagai kejutan diberikan kepada peserta agar LTC ini berkesan. Dimulai pada hari pertama, mereka dikejutkan dengan kegiatan yang tidak dicantumkan di rundown. Mendirikan tenda dan tidur semalam di situ.
Malam kedua mereka pindah tidur di kamar-kamar pondok. Tiba-tiba mereka dikejutkan sirine di tengah malam untuk jelajah malam melewati beberapa pos untuk menjawab pertanyaan.
“Jelajah malam ini sangat seru, meskipun saya capai tapi LTC ini menyenangkan sekali,” ujar Levy, siswa kelas X MIPA 9.
Begitu pula yang dirasakan Tais Suchara, siswi asal Brasil. Dia mengungkapkan kegiatan ini mengingatkan keluarganya. “Saya suka di sini. Di Brasil saya sering kemping bersama keluarga dan teman. Ayah saya punya jeep yang memudahkan kita ke puncak,” katanya.
Rimba Sekar Ayu, panitia, menerangkan, LTC kali ini peserta juga dibekali karakter pemimpin yang religius. “Jadi ada kegiatan tadarus dan kultum dari peserta setiap usai shalat berjamaah yang diimami oleh salah satu peserta bergantian tiap waktunya,” ujarnya.
Materi etika juga diaplikasikan dalam interaksi dan komunikasi dengan kakak kelas yang berperan sebagai fasilitator dan alumni sebagai pemateri serta guru-guru panitia.
“Konsep yang diterapkan adalah blind time. Yaitu seluruh peserta tidak boleh memegang jam tangan maupun gawai kecuali leader otomatis mereka harus saling berkomunikasi agar tetap bisa tepat waktu dan membiasakan berbicara dengan baik dan sopan,” kata Elly Nuriyati.
Efek LTC ini tidak hanya dirasakan oleh para peserta tapi juga dirasakan orangtua. Hanifa, orangtua Fatih Ulwan kelas X MIPA 3 berkomentar, acara ini luar biasa. ”Di rumah ananda tidak bisa menyalakan kompor. Dengan adanya materi memasak, kerja kelompok dan manajemen waktu teraplikasi dengan baik,” katanya.(Masitha)