PWMU.CO – Meskipun kesehatannya sedang drop (turun) tapi dia tetap menampakkan wajah ceria. Tetap semangat dan selalu tersenyum. Tak tampak sedikit pun jika dia sedang sakit.
Itulah kesan yang ditangkap Arifah Wikansari pada sosok Kontributor PWMU.CO Agustine Nurhayati yang meninggal dunia Sabtu, (6/10/18) pagi, karena sakit yang dideritanya.
Ketika itu, di bulan Juni 2018, Arifah bersama ketiga anaknya berkesempatan mengunjungi rumah Agustine di Jalan Tanjuang Harapan Raya No 33, Kompleks Perumahan Gresik Kota Baru (GKB), Gresik.
“Beliau pribadi yang ceria, semangat, bahkan tak ada kesan bahwa ternyata beliau sudah menjalani suntik insulin sejak SMA karena diabet yang diderita. Selain itu Bu Agustine juga sering mengalami alergi,” ungkap Arifah yang merasa mendapat sambutan hangat meskipun perkenalannya melalui hubungan editor-kontributor PWMU.CO baru sekitar setahun lalu.
“Ini Kakak Dhira ya?” sapa Agustine kepada Nadhira, anak pertama Arifah, seolah ingin meyakinkan diri bahwa itu anak pertama sobat barunya itu—yang sering diperbincangkan dalam obrolan WhatsApp.
“Masyaallah Mbak Arifah, akhirnya sampai rumah saya juga,” kata Agustine seperti dituturkan Arifah pada PWMU.CO, Senin (8/10/18). “Beliau juga memeluk anak-anak saya yang lain. Seolah-olah kita saudara yang lama tak bertemu.”
Bukan hanya dikenal tegar di balik sakit yang dideritanya, Agustine oleh rekan-rekannya dikenal sebagai pribadi yang cinta akan ‘profesi’. Meski sebagai wartawan amatir (baca: tanpa bayaran) tapi kecintaan Agustine pada PWMU.CO—tentu juga pada Aisyiyah—sangat besar.
“Beliau pernah mendampingi saya mengisi pengajian di Desa Jetek Kecamatan Duduk, hanya ingin meliput dan memberitakan di PWMU.CO,” kisah Nurfadlilah, Anggota Mejelis Tabligh Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA) Kabupaten Gresik.
Kecintaannya sebagai citizen journalism (jurnalisme warga) itu membuat Anggota Majelis Pembinaan Kader PDA Gresik ini sering berkegiatan di luar majelis yang dia bidangi.
“Suatu kebanggaan tersendiri bagi saya bisa menjadi corong kegiatan Asiyiyah,” kata Agustine, suatu waktu pada Nurfadlilah. Tak heran jika kehadiran Agustine selalu dinantikan oleh majelis atau lembaga lain.
“Beliau adalah kontributor kebanggaan ibu-ibu PDA Gresik, karena kecepatannya dalam memberitakan suatu kegiatan,” cerita Nurfadlilah.
Nurfadlilah menceritakan, pernah suatu ketika ada acara Baitul Arqam Pimpinan Cabang Aisyiyah (PCA) Kebomas dan dia tidak memberitahukan pada Agustine. “Beliau getun (menyesal) tidak diberitahu sehingga tidak bisa meliputnya,” ujar Nurfadlilah yang juga Ketua PCA Kebomas itu.
Musyrifah, kolega Agustine lainnya di PDA Gresik juga punya kisah soal bagaimana Agustine berusaha agar kegiatan Aisyiyah bisa diliput PWMU.CO, meski dia sedang sakit.
“Suatu ketika ada acara Aisyiyah. Beliau japri saya tidak bisa datang karena sakit. Beliau meminta saya untuk menulis karena agenda ini penting,” ujar Sekretaris Majelis Dikdasmen PDA Gresik ini.
Musyrifah yang kala itu adalah kontributor baru PWMU.CO akhirnya mengiyakan permintaan Agustine. “Dengan keterbatasan saya, saya coba menulis pertama kali untuk Aisyiyah,” ujarnya.
Sebelumnya Musrifah hanya mewartakan kegiatan di sekolahnya: MI Muhammadiyah 2 Karangrejo, Manyar, Gresik. “Dan subhanallah, kegiatan Aisyiyah yang saya liput itu bisa jadi dua berita, seperti yang sering dilakukan Bu Agustine,” kata Musyrifah yang akhirnya paham bahwa sumber berita itu tidak berkutat pada sekolah saja.
Ian Ianah, junior Musyrifah yang aktivis Pimpinan Daerah Nasyiatul Aisyiyah Kabupaten Gresik, punya cerita lain.
“Di sela berjualan (lele krispi) di acara Pengajian Ahad Pagi, beliau masih menyempatkan menulis untuk PWMU.CO,” ujar Ian yang sama-sama buka lapak di halaman Gedung Dakwah Muhammadiyah Gresik, tempat pengajian digelar.
Ian mengungkapkan, Agustine selalu menyemangatinya untuk menulis. “Belajar diutuni Mbak Ian, meskipun kadang sering salah-salah pas masuk ke PWMU.CO. Nanti hasilnya bagus di tangan editor. Rodok isin dikit (agak malu sedikit) sambil belajar nggak apa,” kata Ian menirukan nasihat Agustine.
Dimintai pendapatnya saat melayat di rumah duka, Sabtu (6/10/18), Ketua PDA Kabupaten Gresik Uswatun Hasanah mengakui kegigihan Agustine dalam menulis berita Aisyiyah.
“Kalau berita Aisyiyah itu selalu, selalu. Kalau beliau tidak sempat datang gitu karena mungkin kondisinya, dia langsung datang ke rumah saya atau halo ke saya. Bagaimana apa saja yang ibu sampaikan tadi. Selalu begitu, selalu,” ujarnya.
Jadi, sambungnya, ketelatenan Bu Agustine dalam meliput segala hal itu luar biasa. “Meskipun yang lainnya iya, tapi beliau sepertinya tidak pernah mau absen kalau dalam hal meliput Aisyiyah itu,” ungkap Bu Us—sapaannya—yang mangaku selalu dimintai konfirmasi beritanya sebelum dikirim ke redaksi PWMU.CO.
“Bu dikoreksi Bu. Apa betul yang Ibu ngendikan (katakan) seperti ini,” ucap Bu Us, menirukan Agustine. “Jadi selalu konfirmasi dulu.”
Kepada kawan-kawannya sesama Kontributor PWMU.CO, Agustine tidak hanya menyemangati soal tulis-menulis berita. Dia ternyata adalah seorang motivator kehidupan.
“Assalamualaikum! Selalu semangat ya Mbak. Mari kita hiasi hidup ini dengan kebaikan dan selalu optimis.” Itulah kalimat yang hampir tiap pagi diterima oleh Uzlifah—Ketua Majelis Dikdasmen PCA Klojen, Malang, yang juga kontributor senior PWMU.CO
Uzlifah mengatakan, pesan itu hampir setiap hari disampaikan Agustine Nurhayati kepadanya melalui chatting WhatsApp.
Percakapan rutin dunia maya itulah yang membuat dua wanita itu bersahabat sebab ternyata keduanya baru sekali bertemu secara langsung saat berlangsung acara .
“Bunda Agustine merupakan sosok yang sangat bersahabat. Meski hanya sekali saya berkesempatan bercengkrama dengannya (dalam Kopi Darat Kontributor PWMU.CO) tapi pertemuan yang singkat itu berlanjut dengan sangat baik,” kata dia.
Saking eratnya persahabatan itu, Agustine pernah meminta tolong pada Uzlifah untuk membantu menuliskan profil usaha lele krispi miliknya dan biografinya.
“Satu hal yang membuat saya terpukul adalah belum bisa memenuhi permintaan itu,” ungkapnya. “Saat mendengar kabar kepergiannya, saya langsung lemes. Pandangan saya menerawang, menyesal, sedih, semua bercampur aduk sampai tidak sadar pipi ini basah oleh air mata yang terus mengalir.”
Bupati Lamongan H Fadeli SH MM mengungkapkan jika keponakannya itu kader sejati. “Kalau saya, kenal Bu Agustin mulai IPM (Ikatan Pelajar Muhammadiyah) dan dia selalu punya wacana ke depan yang panjang,” ujarnya saat takziah.
Menurut pria kelahiran Duduksampeyan Gresik ini, Agustine banyak memberikan inspirasi-inspirasi dalam hal program atau apapun.
“Dan mimpinya tinggi sekali. Bu Agustine ini kan orang yang kerja keras. Pekerja keras, baik di rumah tangga maupun di dalam bidang keorganisasian. Itu memang didikan dari orangtuanya, Pak Sokran,” jelasnya.
Sokran, ayah Agustine, adalah adik dari ayah Fadeli. Dan Agustine yang kelahiran Lahir 30 December 1972 itu adalah bungsu dari empat bersaudara. Kakak-kakanya adalah: Chotimah (Paciran Lamongan), Samsul Muslimin (Kebomas Gresik), dan Halimi Maksum (Lumajang).
Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim yang ikut takziah ke rumah duka bersama Ketua PWM Jatim M Saad Ibrahim berharap generasi muda bisa meneladani Agustine.
“Saya mendengar, di lingkungan keluarga (almarhumah) dikenal sebagai pekerja keras, kreatif menopang usaha ekonomi keluarga,” kata Nadjib.
Dan yang luar biasa, tutur dia, sebagai istri dan ibu rumah tangga, dalam kondisi sakit pun ia tetap rajin menulis untuk PWMU.CO. “Itu sisi paling langka dan istimewa,” ucapnya.
Seistimewa saat Agustine Nurhayati mendapatkan kartu pers raksasa sebagai simbol bahwa dia resmi menyandang status wartawan PWMU.CO.
“Sambil tertawa terpingkal-pingkal beliau memamerkan ID Card raksasa yang diterima,” ujar Yulia Febrianti—kontributor dari Banyuwangi—mengenang peristiwa yang terjadi dalam Kopi Darat PWMU.CO, 17 Oktober 2017.
Meski ID card raksasa itu—dan tentu kartu pers PWMU.CO yang asli—telah ditinggal pergi selamanya oleh Agustine, tapi karya-karya jurnilistiknya akan tetap abadi.
“Semoga beliau mendapatkan tempat yang layak di sisi-Nya. Dan keluarga yang ditinggalkan diberi kekuatan iman dan sabar oleh Allah SWT,” doa Nadjib Hamid.
Semoga, amin! (MN)