PWMU.CO – Hampir pukul 02.00 dini hari Kamis (11/10/18), saat tiba-tiba saya terbangun dari tidur karena ada getaran yang sedang terjadi. Meski hanya beberapa menit, getaran terasa hingga ke kamar 802 tempat saya menginap di Syariah Radho Hotel, Malang. Sesekali saya menahan napas, berusaha tidak refleks berseru.
Saya menggenggam jemari, meyakinkan diri sendiri bahwa semua akan baik-baik saja. Sesekali mata saya mengerjap-ngerjap menghalau rasa takut yang terus mendera.
Saat itu, saya belum sadar betul apa yang terjadi di kamar saya. Selimut saya pegang lebih erat sembari berdoa: semoga nggak terjadi apa-apa.
Beberapa menit sepertinya lama sekali. Lantas semua mendadak lengang. Saya mengembuskan napas lega sambil memandangi langit-langit kamar.
Tiba-tiba terlintas pertanyaan, apa itu tadi gempa? Pertanyaan itu terus hinggap di pikiran hingga saya mendapat pesan Whatsapp dari teman yang menginap di hotel yang sama dengan saya.
Dia juga merasakan getaran itu. Kami memang sedang bertugas mendampingi siswa-siswi SD Muhammadiyah Manyar (SDMM) Gresik yang mengikuti Cambridge Primary Checkpoint Test di Kota Malang, Jawa Timur selama 4 hari, Rabu-Sabtu (10-13/10/18).
Sekitar pukul 08.00, notifikasi ponsel saya berbunyi. Line Today News tentang gempa 6,3 SR yang merusak 4 rumah dan 1 masjid di Sumenep Jatim muncul di layar ponselku. Diterbitkan Merdeka.com pukul 06.55, disebutkan gempa tersebut mengguncang Jawa Timur dan Bali sekitar pukul 01.57 WIB.
Di situ juga disebutkan gempa terasa di sejumlah daerah di Jawa Timur, termasuk Malang salah satunya.
Dalam berita tersebut juga dijelaskan, berdasarkan data sementara dari BNPB, Kecamatan Gayam, Kabupaten Sumenep Jawa Timur menjadi wilayah terparah terkena dampak gempa. Disebutkan 4 rumah dan 1 masjid mengalami kerusakan, juga 3 orang warga Sumenep meninggal dunia.
Berita ini meyakinkan saya tentang apa yang terjadi dini hari tadi. Dan saya tak bisa membayangkan bagaimana saudara-saudara yang dilanda gempa besar dan tsunami, baik di Lombok, Palu, Donggala, dan Sigi.
Apa yang saya rasakan dini hari tadi saja sungguh membuat gemetar: jantungku berdegup kencang. Apalagi saat itu saya berada di kamar lantai 8 sebuah hotel.
Tak bisa saya bayangkan mereka yang terdampak di lokasi bencana, juga korban yang tak terselamatkan. Pemukiman yang hancur akibat adanya proses pengangkatan dan penurunan dari gempa di Kota Palu.
Juga banyak rumah yang hancur karena ambles dan terangkat oleh gempa. Belum lagi evakuasi yang sulit dilakukan karena banyak rumah yang amblas tertimbun tanah.
Semoga para korban luka-luka bisa segera pulih serta kesabaran dan ketabahan selalu menyelimuti. Sedangkan yang meninggal dunia mendapat tempat yang selayaknya di sisi-Nya. Amin. (Vita)