PWMU.CO-Gempa yang mengguncang Sumenep Madura di tengah malam sungguh mengejutkan.
Di tengah pulas tidur Kamis (11/10/2018) dini hari tiba-tiba bumi bergetar. Semua warga panik segera bangun dan keluar rumah. Termasuk pasien Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sumenep Dr H Muhammad Anwar.
Pasien-pasien yang terkejut langsung terbangun. Keluarganya mengevakuasi pasien keluar ruangan. Mereka dikumpulkan di selasar.
“Kasihan bapakku, tadi tangannya sampai berdarah gara-gara jarum infus lepas dari lengannya,” ujar Winda Mustika, keluarga salah seorang pasien.
Ia menuturkan, menjelang pukul dua dini hari terjadi goyangan cukup keras sehingga membuat panik keluarga yang menjaga pasien. Mereka langsung mendorong dipan pasien keluar kamar rumah sakit.
“Sebenarnya tidak ada perintah dari petugas rumah sakit, tapi kami khawatir gempa ini sampai merobohkan rumah sakit, maka kami dorong keluar” lanjut alumnus SMA Muhammadiyah 1 Sumenep ini.
Rupanya Winda tidak sendirian. Tindakan spontan itu juga diikuti oleh keluarga yang lain. Mereka bergerak menyelamatkan keluarganya keluar. Akibatnya selasar rumah sakit penuh oleh dipan. Bahkan ada yang keluar tanpa membawa dipannya sehingga terpaksa tiduran di lantai.
“Kami sudah tidak berpikir apa-apa lagi, yang penting bisa menyelamatkan diri keluar,” tambah Winda.
Gempa berkekuatan 6.4 Scale Richter itu terjadi di perairan Situbondo. Namun lokasinya lebih dekat ke daerah Sumenep, terutama Pulau Sepudi. Di pulau ini tiga korban meninggal dan puluhan rumah rusak.
Goyangan gempa sampai membuat rumah berbunyi dan berderak-derak. “Sebenarnya tidak ada perabot yang sampai jatuh, piring dan gelas masih di atas meja, tidak sampai jatuh, tapi kami sudah tidak berfikir panjang lagi, yang terpikir hanya menyelamatkan diri,” lanjut Winda.
Murtadlo punya cerita berbeda. Pria asal Desa Prambanan Kecamatan Gayam Pulau Sepudi ini mendapat kabar jika saudaranya kerobohan bangunan.
“Ada saudara yang tertimpa bangunan. Karena itu kami akan ke sana melihat kondisi desa dan mencari bantuan,” ujar pria yang lama tinggal di Surabaya ini.
Menurut berita yang ia terima kondisi desanya cukup parah karena banyak bangunan roboh. “Letaknya kan ujung selatan Pulau Gayam, sehingga sangat mungkin terjadi kerusakan karena paling dekat dengan titik gempa,” terangnya seraya menahan kesedihan.
Dia berharap, semoga bencana segera berlalu, dan kondisi kembali membaik. (Ernam)