PWMU.CO – Relawan Muhammadiyah Jatim dati DMC (Disaster Medical Committee) RS ‘Aisyiyah Siti Fatimah Tulangan, Sidoarjo mengadakan penyuluhan kesehatan kepada korban gempa yang mengungsi di Dusun Sebaro, Desa Jenggala, Tanjung, Lombok Utara, NTB, Selasa (16/10/18).
Penyuluhan membincang soal pentingnya prilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) warga selama berada di pengungsian.
Tim yang beranggotakan Kurniawan Amd Kep, Kritis Ardiansyah SKep Ns, Lisa Andani dan Sri Wahyuningsih Amd Keb itu fokus menyuluh pentingnya PHBS karena warga dusun tersebut banyak yang terjangkit penyakit ISPA (infeksi saluran pernafasan akut) dan diare.
Menurut Kurniawan (koordinator), kedua penyakit itu kerap menyerang warga yang tinggal di pos pengungsian karena warga cenderung abai dengan kebersihan diri dan lingkungannya.
“Nah, penyuluhan ini merupakan salah satu upaya pencegahan agar warga yang terjangkit ISPA dan diare tidak semakin bertambah banyak. Perilaku hidup bersih itu penting. Apalagi ketika di pengungsian,” katanya.
Kurniawan kemudian membagikan tips murah meriah menangani penyakit ISPA ataupun diare dengan obat-obatan alami (herbal) yang mudah dijumpai dan banyak tersedia di dusun tersebut.
“Kalau kita terserang diare, maka kita bisa manfaatkan daun jambu biji sebagai obat pencegah. Sedangkan untuk penyakit ISPA, warga bisa mencampur jeruk nipis dengan kecap. Selain mudah didapat, obat alami itu tidak memerlukan biaya yang tinggi. Tapi kalau itu belum bisa menyembuhkan, segera periksakan diri Anda ke relawan medis kami,” paparnya.
Selapas itu, tim DMC RS Aisyiyah Siti Fatimah Tulangan dengan dibantu oleh mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan (FIK) Universitas Muhammadiyah Mataram (Ummat) mengajari warga cara (gerakan) cuci tangan yang benar dengan enam langkah.
Tidak hanya sekedar berteori, para relawan juga mengajak warga ikut simulasi gerakan cuci tangan yang benar dengan enam langkah. Hal itu agar materi lebih mengena dan menarik perhatian warga.
Icha, siswa SDN 5 Jenggala pun mengacungkan tangan. Gadis lucu itu berminat ikut mempraktikan gerakan cuci tangan. “Jika gerakan Icha benar. Icha dapat penghargaan atau hadiah apa?” tanya Icha sambil tersenyum manis.
“Kita akan beri amplop (berisi uang) yang nilainya cukup lumayan buat anak SD,” jawab Kurniawan spontan.
Icha pun setuju, dan mempraktikan gerakan cuci tangan tersebut. Sayangnya, di langkah terakhir gerakan Icah salah. “Meski kurang tepat, tetap kami kasihkan hadiahnya itu ke Icha,” ujar Kurniawan.
Ternyata yang tertarik ikut simulasi tidak hanya Icha. Seorang Amak (kakek dalam bahasa Suku Sasak) bernama Resti Dekne Mele juga tidak mau kalah. Ia pun ikut mempraktikan gerakan cuci tangan yang benar dengan enam langkah itu.
“Sang Amak tidak mengikuti gerakan yang kami diajarkan. Amak Resti malah melekuk lekukan jari-jarinya. Jadinya lucu dan warga tertawa terbahak-bahak,” ungkap Kurniawan mengkisahkan.
Kurniawan kemudian menanyakan berapa usia Amak Resti. “Saya kini berusia 40 tahun,” jawab Amak Resti disambut tawa warga karena merasa tidak terima.
Pasalnya, di KTP, Amak Resti tercatat kelahiran tahun 1940. “Amak Resti sebenarnya berusia 78 tahun. Tapi ia bilang masih muda dan sehat. Bahkan, Amak Resti menunjukan gerakan tangan seperti Popeye untuk meyakinkan,” .
Di akhir acara, Tim DMC RS Aisyiyah Siti Fatimah Tulangan bersama mahasiswa FIK Ummat berfoto bersama warga yang tampak tersenyum lepas. (Aan)