PWMU.CO – Siswa-siswi Kelas XI SMA Muhammadiyah 2 (Smamda) Surabaya mengadakan Field Trip Study Activity (FISA) dengan mengusung konsep menyatu dengan alam dan masyarakat, Jumat-Sabtu (12-13/10/18)
Dalam kegiatan yang bertema “Learn and Joy with Nature, Share Knowledge with Others”, sebanyak 312 siswa mengunjungi Wisata Agro Teh Wonosari, Lawang, Kabupaten Malang, yang terletak di lereng Gunung Arjuno.
Di situ siswa Smamda belajar tentang jenis-jenis teh, asal mula teh, pupuk, pemetikan teh, pelayuan, penggilingan, pengayaan, pengemasan, dan pemasarannya.
Setelah dari Wisata Agro Teh Wonosari, peserta FISA meluncur ke Dusun Sumbergepoh Lawang. Di Lokasi inilah Smamda menyelenggarakan pelatihan membatik untuk ibu-ibu Pimpinan Cabang Aisyah (PCA) Lawang.
Juga ada pelatihan seni kriya gantungan kunci dari resin bersama anak-anak Panti Asuhan Muhammadiyah Lawang.
Didampingi Rahmat Setyo Wibowo dan Didit Rowandi—keduanya Guru Seni Budaya Smamda—para siswa terlibat aktif dalam kegiatan tersebut.
Tangan-tangan terampil siswa ditunjukkan saat mereka mengajari ibu-ibu Aisyah dan anak-anak panti Asuhan dalam pelatihan tersebut.
Sebelumnya, materi membatik dan pembuatan gantungan kunci telah mereka dipraktikan siswa Smamda di sekolah. Karena salah satu penilaian mata pelajaran seni budaya, peserta didik mampu membuat kerajinan tangan.
Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum Syuhada Abilio Gomes menjelaskan alasan mengapa FISA kali ini berbeda. “Memang FISA kali ini kami kaitkan dengan pelajaran Seni Budaya, agar ada pembaharuan sehingga siswa tidak bosan. Biasanya terkait materi sains,” terangnya.
Yang juga penting, sambungnya, siswa dapat mengamalkan ilmunya setelah mendapatkan materi yang pernah mereka dapatkan di sekolah.
“Selain itu, penumbuhan karakter berbagi bisa tumbuh dalam diri siswa, berbagi ilmu pengetahuan berbentuk ketrampilan kepada masyarakat,” ungkapnya.
Ibu-ibu Aisyiyah menyambut baik kegiatan batik dan membuat gantungan kunci karena sangat bermanfaat untuk anak-anak panti asuhan.
“Kegiatan ini menambah wawasan tentang membatik jadi bisa diajarkan ke anak-anak didik,” ujar Nurul Qomariah, salah satu Anggota PCA Lawang.
Begitu pula yang disampaikan Yusnia Fitri (21) salah satu penghuni panti asuhan. Dia menyatakan jika pembuatan gantungan kunci ini bermanfaat karena bisa diajarkan kepada masyarakat dan adik-adik yang membutuhkan.
Peserta FISA yang berbaur dengan warga akhirnya juga mendapatkan pengetahuan tentang budidaya organik beras merah, beras hitam, beras putih, susu perah, budidaya bebek, dan telor asin dari warga. Mereka juga bisa mengetahui cara pembuatan kripik dan penanaman padi.
Yang menarik adalah pengalaman melihat pengolahan kripik talas.
Para siswa diajari mulai dari pengupasan ubi, pencucian, pemotongan, penggorengan, hingga pengemasan.
Para siswa sangat antusias mengikuti kegiatan ini. Karena hal seperti ini merupakan kali pertama dalam hidup mereka. Apalagi selama dua hari meraka tidak diinapkan di hotel tapi di rumah warga yang penuh dengan kesederhanaan.
“FISA kali ini menumbuhkan rasa kekeluargaan. Kita rasanya diajari gimana hidup yang sebenarnya bukan cuman hidup enaknya saja,” tutur Septiyani Nurul siswa kelas XI MIPA 3. “Berbeda dengan hidup di kota yang serba ada.”
Karena itu dia bersyukur bisa merasakan hidup di desa meskipun hanya dua hari satu malam. “Kita bisa tahu ternyata hidup di desa seperti ini. Kayak kamar mandinya gak semuanya bersih,” ujarnya.
Nurul mengaku suka juga tinggal di desa. “Soalnya warga di desa itu lebih ramah kalau disapa ya balik menyapa,” ungkap siswi yang pernah mengikuti Study Exchange di Australia ini.
Sebelum kembali ke Surabaya, peserta FISA mengadakan baksos berupa pemberian tas sekolah yang berisi alat tulis, mukena, dan Alquran untuk anak-anak panti. (Masitha/Tanti)