PWMU.CO – Pimpinan Ranting Ikatan Pelajar Muhammadiyah (PR IPM) SMA Muhammadiyah 1 (Smamsatu) Gresik menggelar kegiatan Bulan Bahasa untuk mengisi kegiatan tengah semester (KTS) yang berlangsung 15-17 Oktober 2018.
Ketua Panitia Bulan Bahasa 2018 Angeli Ariesta Putri menjelaskan kegiatan tersebut bertujuan untuk memotivasi siswa-siswi SMA Muhammadiyah 1 Gresik supaya lebih peduli terhadap budaya dan bahasa sendiri.
“Dengan adanya Bulan Bahasa ini, saya berharap agar kita lebih peduli terhadap budaya dan bahasa bangsa, serta mampu melestarikannya,” ujar siswi kelas XI IPS 3 ini.
Angeli—sapaannya—mengatakan, bersama teman-teman panitia dan siswa kelas Bahasa, dia merancang kegiatan ini semenarik mungkin.
“Mulai dari pakaian yang harus digunakan oleh semua warga sekolah, sampai jenis lomba yang akan dipertandingkan,” terang dia.
Dia mencontohkan, pada hari pertama semua warga sekolah wajib menggunakan pakaian khas daerah, seperti beskap untuk laki-laki dan kebaya bagi perempuan. Pada hari kedua, semua wajib mengenakan pakaian batik.
Angeli mengungkapkan, untuk jenis lomba yang dipertandingkan pun, panitia berusaha agar semuanya berhubungan dengan nilai-nilai budaya dan bahasa.
Seperti lomba drama lima bahasa: Jawa, Indonesia, Arab, Inggris dan Jepang, lomba musikalisasi dengan tema Indonesia, lomba bikin yel-yel, cerdas cermat, dan futsal pakai sarung.
Dari kelima lomba tersebut, jelas Angeli, yang paling menarik dan unik adalah lomba futsal pakai sarung. “Semakin unik lagi, ketika seorang pemain mendapatkan kartu kuning, mereka harus siap membuat pantun di akhir pertandingan,” ujarnya.
Ketua Umum PR IPM Smamsatu Syanisma Khansa mengatakan sarung merupakan ciri khas bangsa Indonesia yang sudah mulai dilupakan oleh remaja.
“Oleh sebab itu kami masih tetap ingin melestarikan ciri khas tersebut, tentunya lewat cara-cara yang unik yang mereka gemari,” ujarnya.
Dihubungi terpisah oleh PWMU.CO, Jumat (19/10/18), Pembina PR IPM Samasatu Gresik Hilman Fanani SH mengatakan, kegiatan tersebut dimaksudkan agar warga sekolah tidak lupa dengan nilai kearifan lokal budaya bangsa mereka sendiri. “Serta bisa terus melestarikannya,” ujarnya. (M. Ali Syafaat)