PWMU.CO-Muhammadiyah menyadari pentingnya dakwah melalui jalur kekuasaan. Lewat pembuatan kebijakan dalam kekuasaan, gerakan Muhammadiyah ber-amar makruf nahi mungkar lebih mudah terwujud.
Hal itu diungkapkan Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim Prof. Dr Thohir Luth MA saat Musyawarah Pimpinan Daerah (Musypimda) Muhammadiyah Kota Probolinggo di Grha Ahmad Dahlan, Ahad (21/10/2018) pagi.
”Dengan pertimbangan betapa pentingnya dakwah melalui kekuasaan, Muhammadiyah pun memfasilitasi kader-kader terbaiknya yang terjun ke politik praktis,” ujar Prof. Thohir.
Di antara kader Muhammadiyah yang berlaga melalui Pemilu Legislatif (Pileg) 2019 mendatang adalah Nadjib Hamid MSi (caleg DPD RI dari Dapil Jatim) dan Prof. Dr Zainuddin Maliki (caleg PAN dari Dapil Lamongan dan Gresik).
”Saudara kita di NU sudah lebih dulu memfasilitasi kader-kadernya terjun ke politik praktis,” ujar guru besar Fakultas Hukum (FH) Universitas Brawijaya Malang ini.
Prof. Thohir pun mengutip hadits yang menyatakan, jika engkau melihat kemungkaran maka ubahlah dengan tanganmu, kekuasaannmu. ”Kata bi yad, dengan tangan alias kekuasaan,” ujarnya.
Selain demi dakwah, terjunnya kader-kader Muhammadiyah agar di mata kekuasaan, Muhammadiyah tidak dipandang dengan mata miring. ”Agar Muhammadiyah tidak dipandang dengan mata miring, koyok ikan matanya miring,” ujar pria kelahiran Flores, NTT itu disambut tawa serentak hadirin.
Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, kata alumnus IAIN Sunan Ampel, Malang itu, juga sudah menyadari pentingnya dakwah melalui kekuasaan. Karena itu Muhammadiyah menganjurkan kader-kadernya yang punya ”syahwat politik” untuk terjun menjadi calon legislatif baik melalui DPRD, DPR, maupun DPD RI.
Kalau Muhammadiyah tidak memiliki kader yang aktif di dunia politik, Prof. Thohir khawatir dengan ibarat mendorong mobil mogok. ”Kalau ada mobil mogok, Muhammadiyah disuruh mendorong, begitu mobil berjalan Muhammadiyah ditinggal,” ujarnya.
Sementara Ketua PDM Kota Probolinggo Drs Masfu’ MSi mengingatkan peserta Musypimda saat memasuki tahun-tahun politik 2018-2019. ”PDM Kota Probolinggo periode 2015-2020 dilantik pada Mei 2016. Separo periode kepemimpinan, kita dihadapkan pada tahun-tahun politik 2018-2019,” ujarnya.
Karena terkait tahun politik, program kerja dan kegiatan Muhamamdiyah harus mempertimbangkan faktor politik. ”Warga Muhamamdiyah harus melek politik, tahu perkembangan zaman karena Muhammadiyah itu berkemajuan,” ujar Masfu’.
Pria kelahiran Gresik itu kemudian mengutip ungkapan filosuf besar dari Pakistan Moh. Iqbal. ”Kita harus terus bergerak, tidak ada waktu sejenakpun untuk istirahat. Kalau kita berhenti berarti tergilas,” ujarnya.
Masfu’ berharap PDM pun berkiprah dan bisa mewarnai geliat pembangunan Kota Probolinggo. ”Ya harus berperan termasuk meraih kekuasaan. Pada Pileg 2019, harus ada kader Muhammadiyah yang duduk di DPRD Kota Probolinggo, minimal dua orang,” ujarnya. (Ikhsan Mahmudi)