PWMU.CO – Ketua Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA) Kabupaten Gresik Dra Uswatun Hasanah mengingatkan agar para kader Nasyiatul Aisyiyah—biasa disebut Nasyiah—meluruskan niat dalam beraktivitas dakwah.
“Jangan sampai bergabung di Nasyiah karena seragamnya atau bahkan hanya untuk mencari kesibukan,” ungkapnya di hadapan 150 kader Nasyiah yang mengikuti Pelantikan Bersama Pimpinan Ranting Nasyiatul Aisyiyah se-Cabang Panceng, di aula gedung TK Aisyiyah 15 Doudo, Panceng, Gresik (21/10/18).
“Dulu, saat mendirikan Muhammadiyah, KH Ahmad Dahlan tidak karena mencari kesibukan. Bukan pula karena ingin terkenal. Namun hatinya bergetar tatkala membaca surat Ali-Imran ayat 104. Beliau ingin melaksanakan perintah Allah didalam ayat tersebut,” paparnya.
Menurut Bu Us, sapaannya, ayat itu yang mendasari berdirinya Muhammadiyah, yang berisi perintah untuk berorganisasi agar menjadi orang-orang yang muflikhun, yaitu orang-orang yang beruntung menurut Allah.
“Menurut KH Ahmad Dahlan, puasa; shalat wajib tepat waktu dan berjamaah; shalat sunah qabliyah-badiyah; dhuha dan tahajud; saja tidak cukup untuk menjadikan seseorang beruntung,” tegasnya. “Melainkan harus memikirkan kondisi umat dan berbuat untuk kemaslhatan umat melalui organisasi juga perlu dilakukan.”
Karena dengan berorganisasi, ujar guru SMA Muhamadiyah 1 Gresik ini, maka akan lebih mudah untuk berdakwah amar makruf nahi munkar.
Bu Us juga menyinggung soal ideologi Nasyiah. “Sumber ideologi Nasyiah sama dengan Muhammadiyah dan Aisyiyah karena Nasyiah adalah organisasi otonom Muhammadiyah,” jelasnya.
Jadi, tuturnya, ideologinya sama karena bersumber dari AD/ART, Muqadimah Anggaran Dasar Muhammadiyah, Matan Keyakinan dan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah, Kepribadian Muhammadiyah, Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah, dan Khittah Perjuangan Muhammadiyah.
Oleh karena itu, lanjutnya, jangan sampai ada kader Nasyiah, terutama yang guru TK/PAUD, ketika berkegiatan memakai pakaian rapi, santun, tidak ketat, dan tidak terawang.
Namun ketika di luar sekolah atau bepergian di luar kegiatan Nasyiah memakai celana leging (ketat). “Berjilbab juga harus yang menutupi dada, tidak harus bercadar,” pesannya.
Sebagai pimpinan, kata Bu Us, setiap gerak-gerik kita dinilai dan ditiru oleh masyarakat. “Maka berdakwahlah secara ibtida Rasulullah. Dengan begitu akan tercipta baldatun thayyibatun warabbun ghafur,” ucapnya berharap Nasyiah bisa menjadi pelopor, pelangsung, dan penyempurna amanah Muhammadiyah dan Aisyiyah.
“Maka, Nasyiah harus bersinergi dengan bapaknya (Muhammadiyah) dan emaknya (Aisyiyah) juga ortom lainnya. Dengan begitu akan tercipta keluarga yang sakinah, mawaddah, warahmah, dalam lingkup organisasi Muhammadiyah.” (Afi)