PWMU.CO – Bagi warga Muhammadiyah, penting untuk selalu mengingat sejarah perjuangan KH Ahmad Dahlan. Menelusuri sejarah perjuangan pendiri Muhammadiyah itu akan meningkatkan ghirah ber-Muhammadiyah.
Demikianlah yang dilakukan Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur H Nadjib Hamid MSi. Dalam berbagai kesempatan, pria kelahiran Lamongan itu sering menyisipkan kisah KH Ahmad Dahlan saat berdakwah.
Termasuk saat ia memberikan kajian Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Tambak di Masjid Al-Huzaimi, Kepuh Teluk, Kecamatan Tambak, Pulau Bawean, Kabupaten Gresik, Senin (22/10/18).
“Perjalanan KH Ahmad Dahlan ke Banyuwangi, misalnya, ialah perjalanan dakwah yang berisiko. Di tengah jalan menghadiri kajian, Kiai Dahlan dihadang preman untuk dibunuh,” ungkap Nadjib.
Dia menceritakan, KH Ahmad Dahlan mendapat ancaman pembunuhan melalui surat kaleng. “Namun, apakah Kiai Dahlan menyerah dan kembali pulang? Tidak. Beliau tetap berdakwah,” terang calon Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI Dapil Jawa Timur nomor 41 ini.
Berkat keteguhan hati dan lurusnya niat Kiai Dahlan, kisah Nadjib, justru si pengirim surat kaleng yang berikrar bergabung dengan Muhammadiyah.
“Demikian pula ketika Kiai Dahlan hendak pulang ke Jogja dari Banyuwangi. Beliau ketinggalan kereta di Sumberpucung, Malang. Ia pun bermalam di rumah kepala stasiun untuk menunggu kereta keesokan hari,” cerita mantan Komisioner KPU Jatim ini.
Menurut Nadjib, santunnya perilaku Kiai Dahlan membuat kepala stasiun Sumberpucung itu terpana dan menyatakan masuk Muhammadiyah.
“Hikmahnya, setiap daerah yang dikunjungi Kiai Dahlan selalu meninggalkan jejak dan berdiri Muhammadiyah di sana,” Nadjib menegaskan.
Soal kunjungan PWM Jatim ke Bawean, dia juga berharap akan meninggalkan jejak agar bisa dikembangkan untuk menjadikan Muhammadiyah Bawean lebih besar.
“Tentu Muhammadiyah di kepulauan tak boleh kalah dengan di Jawa daratan. Bahkan, Muhammadiyah di Bawean bisa menjadi cabang dan ranting terbaik di kepulauan se-Indonesia,” harap dia.
Sementara itu Dosen Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Malang KH Dhawul Qomar yang turut dalam rombongan mengajak masyarakat Bawean untuk menyandarkan segala urusan hanya pada Allah SWT.
Dia mengajak menyingkirkan sifat setan dari diri manusia karnea dapat menghambat gerakan amar makruf nahi munkar. “Marilah kita menjadi dermawan dengan menyisihkan yang terbaik dan bernilai,” ujarnya.
Tak berhenti pada teori, yang disampaikan pria asli Bawean itu itu langsung dipraktikkan peserta kajian. Mereka langsung mengedarkan kotak infak. Dalam hitungan menit, terkumpul lebih dari Rp 2 juta rupiah yang diumumkan di akhir kegiatan.
Pada kesempatan yang sama, Wakil Ketua PWM Jatim Prof Dr Zainuddin Maliki MSi berpesan untuk menjadikan Muhammadiyah berkemajuan.
“Perlu pihak-pihak yang siap mengurus dengan baik. Harus diurus dengan baik, jangan salah urus, apalagi tidak pernah diurus,” tuturnya.
Guru Besar Universitas Muhammadiyah Surabaya ini mengaitkan soal salah urus itu dengan kondisi bangsa. “Termasuk untuk menjadikan bangsa Indonesia yang maju dan berdaulat, juga jangan sampai Indonesia salah urus atau tidak mengurus urusan umat,” sindir calon Anggota Dewan Perwakilan rakyat (DPR) RI Dapil Gresik-Lamongan dari Partai Amanat Nasional (PAN) nomor 2.
Jadi, ujar dia, pemimpin bangsa harus yang peduli terhadap umat. “Ngurusi urusan umat,” ucapnya.
Ketua PCM Tambak Mahen Rais mengungkapkan rasa terima kasih atas kunjungan PWM Jawa Timur di Pulau Bawean khususnya di PCM Tambak.
Kunjungan PWM Jatim ke Bawean ini atas inisiatif Dr As’ad Rizal SE MM—Dekan Fakutas Ekonomi Bisnis Universitas Muhammadiyah Sidoarjo tahun 2000-2007 yang juga putra asli Bawean.
Selain Nadjib Hamid, Zainuddin Maliki, KH Dhawul Qomar, dan As’ad Rizal, ikut dalam rombongan Wakil Ketua Lembaga Pengembangan Cabang dan Ranting PWM Jawa Timur Nughroho Hadi Kusumo dan Ketua Majelis Pendidikan Kader Pimpinan Daerah Muhammadiyah Gresik Almuslimun.
Ada pula pengusaha muda M Daniel Bustomi SH MKn, putra pebisnis Muhammadiyah Shodiq dari Sumberejo Bojonegoro, yang punya kerabat di Bawean.
Setelah melihat potensi wisata yang besar, Daniel yang juga Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Muhammadiyah Sidoarjo langsung merancang langkah-langkah pengembangan wisata Pulau Noko salah satu destinasi wisata yang berpotensi menyedot pengunjung.
“Tinggal melengkapi dengan sejumlah sarana dan event,” ungkapnya. (Isna)