PWMU.CO– Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Fakultas Teknik UMSurabaya mengadakan pelatihan jurnalistik di kampus Sutorejo, Sabtu (3/11/2018). Tema pelatihan ini Challenge 4.0 Era with Journalism and Media’s Power.
Hadir sebagai pembicara mantan Pemimpin Redaksi Jawa Pos Dimam Abror Djuraid, Dewan Redaksi Radio Suara Muslim Fajar Arifianto Isnugroho, dan Redaktur PWMU.CO Sugeng Purwanto. Pelatihan diikuti oleh utusan dari IMM Komisariat kampus di Surabaya.
Sesi pertama Dimam Abror menjelaskan, jurnalistik adalah semua kegiatan yang melibatkan pengumpulan dan pelaporan data informasi dengan menggunakan media.
”Menjadi seorang jurnalis haruslah memperhatikan kode etik jurnalistik yang salah satunya adalah tidak berbohong dalam melaporkan suatu berita,” tandas mantan Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jawa Timur ini.
”Artinya berita tersebut harus sesuai dengan keadaan. Jurnalis harus mencari informasi, mengelola, dan menyajikan data informasi melalui check, recheck, dan verifikasi,” tuturnya.
Sesi kedua Fajar Arifianto menyampaikan, menjadi seorang jurnalis di masa sekarang haruslah multi tasking yakni dituntut menguasai berbagai ilmu pengetahuan. Seperti menulis, mengambil gambar, mengambil video, berbicara, dan berpresentasi.
Maka tidak heran, kata dia, banyak perusahaan-perusahaan media saat ini yang hanya membutuhkan beberapa pegawai saja untuk diberi menjalankan tugas.
Jurnalis dalam tugasnya harus mampu membangun kepercayaan kepada orang lain. Caranya, sambung dia, dengan berkomunikasi yang baik berdasarkan knowledge (pengetahuan), skill (keterampilan), dan attitude (akhlak).
Dia menyebutkan, siapa yang bisa menguasai media maka dia yang akan menguasai khalayak. Karena itu media informasi yang ada saat ini harus megikuti perkembangan zaman untuk dibutuhkan masyarakat.
Pembicara ketiga, Sugeng Purwanto mengajarkan tata cara penulisan dan bahasa yang baik dalam penulisan berita. Dia menambahkan, bahasa memiliki cita rasa tersendiri untuk para konsumen pembacanya.
Acara seru ketika sesi tanya jawab. Satu peserta menanyakan kepada Fajar tentang bagaimana cara mengetahui mana berita kategori hoax. Fajar menjawab, berita dapat dikatakan hoax apabila tidak dicantumkan kapan terjadinya dan dimana terjadinya suatu peristiwa. Apalagi media lain tidak banyak yang memberitakan kejadian itu. (Indah Safitri)