PWMU.CO-Sejarah peradaban Islam yang diajarkan selama ini perlu dikritisi. Salah satu pengajaran yang perlu dikritisi adalah penyampaian kitab suci untuk masing-masing nabi dan agamanya.
Hal itu disampaikan oleh Ustadz Iwan Abdul Gani dalam kajian Islam Al Faruq di Masjid Pondok Modern Muhammadiyah Boarding School (MBS) Caruban Madiun, Ahad (4/11/2018) pagi. Kajian ini sudah berjalan 1,5 tahun dihadiri sekitar seratus orang.
Menurut Ustadz Iwan, selama ini diajarkan bahwa Taurat diturunkan kepada Nabi Musa as untuk agama Yahudi, kitab Injil diturunkan kepada Nabi Isa as untuk agama Kristen, dan kitab Alquran diturunkan kepada Nabi Muhammad saw untuk agama Islam.
”Untuk Islam kadang ditambahi penjelasan sebagai agama termuda yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw,” kata Iwan anggota Majelis Tabligh PDM Tuban asal dari Nusa Tenggara Timur.
Padahal, tandas dia, surat Al Baqarah ayat 132 menjelaskan, Ibrahim mewasiatkan pada anak cucunya begitupun Ya’qub bahwa Allah memilih untuk mereka agama Islam agar mereka meninggal dalam keadaan Islam.
Secara logika, sambung dia, tidak mungkin wasiat yang disampaikan secara turun temurun itu berlainan, karena sumbernya dari Allah yang satu.
”Coba baca surat Ash-Shaaf ayat 6, di situ menceritakan, Nabi Isa mendakwahi Bani Israil tentang datangnya seorang nabi bernama Ahmad. Ayat ke-7 menjelaskan, Bani Israil pada masa itu diajak ke jalan Islam,” katanya.
Dijelaskan, sebelum masa nabi Muhammad disebut masa Jahiliyah karena saat itu terjadi masa kekosongan Islam bukan pra Islam.
”Setelah masa Nabi Isa as terjadi kekosongan para nabi sehingga disebut masa Jahiliyah. Pada masa ini tidak ada yang berani mengikuti ajaran Nabi Isa as yang sebenarnya yaitu Islam karena dibunuh rezim Rumawi,” tuturnya.
Jadi, katanya, kalau ditanya Taurat diturunkan kepada umat siapa? Jawabannya, pada umat Islam di masa Nabi Musa. Injil diturunkan pada siapa? Jawabannya pada umat Islam pada masa Nabi Isa.
“Jadi jelas ya, bukan hanya Nabi Muhammad saw yang membawa Islam, tetapi semua Nabi dan Rasul membawa ajaran yang sama yaitu Islam,” tegasnya.
Dalam sambutannya, pengurus pondok Ustadz Mushlih Candrakusuma menjelaskan, MBS berdiri di atas tanah wakaf Muhadjir Effendi yang sekarang menjabat Mendikbud.
“Luas tanah secara 5.140 meter persegi. Saat mewakafkan tanah, Pak Muhadjir masih menjabat sebagai Rektor Unmuh Malang,” kata Mushlih.
Sampai saat ini, sambung dia, MBS masih dalam tahap pembangunan. Karena itu masih membutuhkan bantuan dana. (Yudha)