PWMU.CO – Belajar itu menghayati dan mengamalkan, bukan hanya teori. Persis dengan ciri khas pendidikan di Muhammadiyah yang holistik dan integratif, yakni mengembankan akal, hati dan ketrampilan secara seimbang.
Ketua Majelis Dikdasmen Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof Dr Baedhowi dalam sesi diskusi Rembuk Nasional Forum Guru Muhammadiyah di Aula Hotel Lor in Syariah Solo, Sabtu (10/11/18).
Mantan guru SMEA—kini SMK—di Wonosari, Gunungkidul, 1974 ini, menceritakan pengalamannya menjadi guru, ketika mengajarkan pelajaran Tata Buku. Ia mengajak para siswa menuju ke pasar. Di sana ia mempraktikan langsung, anak bisa mengenal transaksi jual beli, mengenal nota, kuitansi, cara menawar, dan sebagainya.
Baedhowi memberikan kesaksian, model pembelajaran yang dipraktikkan saat itu banyak ditentang, bahkan kepala sekolah sempat melarang. Namun kegigihannya tidak mampu ditaklukkan.
“Inilah pendidikan holistik, anak diajarkan langsung bukan cerita. Dulu aneh, namun sekarang sudah tidak tabu, tapi justru masih ada beberapa sekolah yang enggan menerapkan,” tegasnya.
Mantan Direktur Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan atau PMPTK Departemen Pendidikan Nasional ini, memberikan pesan, guru yang baik adalah yang bisa mendorong peserta didik untuk merumuskan masalah, menemukannya dan memecahkan, bukan membuat takut.
Di akhir paparan menyampaikan sesi pertama dengan tema Peningkatan Kompetensi Guru Muhammadiyah yang Unggul dan Berkemajuan, Baedhowi berharap agar sekolah Muhammadiyah menjadi pioner perubahan pendidikan di Indonesia. (Muhammad Suud)