PWMU.CO – Pimpinan Daerah Nasyiatul Aisyiyah (PDNA) Kabupaten Bojonegoro berhasil mendirikan Baitul Tanwil Muhammadiyah (BTM) Dinar Nasyiah I yang sudah memiliki aset sebesar Rp 9 miliar.
Perkembangan ini disampaikan kepada peserta Musyawarah Kerja Wilayah (Musykerwil) I Nasyiatul Aisyiyah Jawa Timur yang berkunjung ke kantornya, Ahad (11/11/18).
“Alhamdulillah, usaha ini kami rintis sejak tahun 2003 dan sekarang mampu berkembang dan dipercaya masyarakat dalam bentuk Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan (KSPP) Syariah dengan aset Rp 9 milyar,” ucap Manajer BTM Doris Habibatul Ilah.
Doris—panggilan akrabnya—menceritakan awal mula ide berasal dari Pelatihan Kewirausahaan Perempuan yang diselenggarakan Pimpinan Wilayah Nasyiatul Aisyiyah (PWNA) Jawa Timur.
“Nah, follow up dari pelatihan itu adalah harus punya amal usaha di daerahnya. Saat itu, Ketua PDNA Kabupaten Bojonegoro adalah manajer di koperasi lain. Akhirnya beliau menularkan ilmu-ilmunya pada kami. Kebetulan saya yang saat itu ditunjuk untuk menjadi pioner. Ya istilahnya yang babat alas lah,” ungkapnya.
Dia menjelaskan, Badan Usaha Nasyiatul Aisyiyah (Buana) yang dia pimpin dilegalkan terakhir tahun 2015. “Ini disebabkan karena ada Perubahan Anggaran Dasar atau PAD. Dulu namanya koperasi syariah. Lalu ada peraturan baru harus bernama KSPP. Jadi harus mengubah anggaran dasar. Sehingga harus dilegalkan ulang,” tuturnya.
Menurutnya, dari modal awal Rp 6 juta menjadi aset Rp 9 milyar bukanlah tanpa kendala. “Kemacetan namanya. Ya selalu ada saja nasabah yang nakal. Kita kirim pesan singkat lewat telepon genggamnya. Kalau tidak dihiraukan, kita telepon. Kalau masih tidak bisa, kita kirim surat. Masih tak dihiraukan, kita kirim tim penagihan. Kalau tetap tidak bisa, ya kita kirim tim penagihan,” ujarnya.
Dia melanjutkan, jika sudah demikian masih belum bisa, maka solusi yang diambil tim adalah menjual jaminan. Jika hasilnya mencukupi untuk menutup kekurangannya, ya kerugian akan kami tanggung. Tapi jika lebih, maka kelebihannya akan kami kembalikan pada pemilik jaminan.
“Jadi kami tidak mengambil keuntungan dari situ. Tidak ada denda. Di sinilah letak syariahnya, sesuai akad,” tegasnya.
Untuk menghadapi nasabah yang nakal, Doris terpaksa harus belajar manajemen analisa dan manajemen risiko. Karakter masyarakat yang tidak bisa ditebak mengharuskannya memiliki tim penagihan yang semuanya laki-laki.
“Di awal itu kami mendapat uang Rp 5 juta dari PWNA Jatim. Yang Rp 1 juta untuk pelatihan, yang Rp 4 juta untuk modal. Lalu kami urunan per orang Rp 100 ribuan sampai terkumpul Rp 2 juta untuk tambahan modal,” jelasnya detail.
BTM Dinar Nasyiah I melayani masyarakat umum baik pedagang, petani, buruh, guru, pengusaha, anak TK, dan lain sebagainya. Ada anggota peminjam dan ada anggota penabung.
“Kalau guru-guru itu biasa sertifikasinya ditaruh sini. Anak-anak TK nabungnya di sini. Biasanya diambil setahun sekali. Orang-orang kaya itu juga ada yang sekali setor dalam jumlah banyak,” tutur Doris.
Sesuai dengan namanya, KSPP Syariah ini melayani simpanan dan pembiayaan. Ada juga sektor riil berupa toko di luar simpanan dan pembiayaan. “Barang yang dijual riil. Langsung bisa dibeli tunai. Semua barang di toko adalah titipan dari warga. Anggota BTM boleh mencicil, tetapi non-anggota harus tunai lunas,” ungkapnya.
Kepada PWMU.CO, Doris bersyukur bisa memiliki empat pegawai, lima pengurus, dan satu pengabdian. Dulu di awal merintis tahun 2003 masih sendirian.
“Tiga belas tahun kita jadi kontraktor. Ngontrak sana, ngontrak sini, sambil nabung uang untuk beli tanah. Saat sudah punya tanah, kita utang untuk bangun gedung. Bismillah diniatkan bisa,” ucapnya bersemangat.
Dia berpendapat, komitmen adalah kekuatan tim yang membuat BTM bisa bertahan. Aset yang bertambah menunjukkan BTM itu hidup. Ikhlas dan rasa memiliki dan berjuang untuk organisasi menguatkan langkah timnya dalam menjaga amanah. (Ria Eka Lestari)