PWMU.CO – Dengan tangan masih dibidai (splak) wajah berperban sebagian, dan dengan berkursi roda Mohammad Arief Rodli terpaksa harus meninggalkan Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Sekapuk Gresik, Selasa (13/11/18).
Mantan Kepala SD Muhammadiyah Sidayu itu izin meninggalkan rawat inap karena akan manyaksikan proses pemakaman istrinya, yang bersama dirinya mengalami kecelakaan, Senin (12/11/18).
Kehadiran Pak Arief—sapaan akrabnya—di rumah menambah suasana duka. Rasa haru tampak jelas saat dia mencium dengan kasih sayang kepada Layin Alkhoslah Arief—anak kelimanya—begitu tiba di depan rumah di Desa Puwodadi Kecamatan Sidayu.
Setelah itu dia segera memasuki ruang tamu untuk menyaksikan jenazah almarhumah istrinya, Zuhrotul Badi’ah (55), sesaat sebelum dishalatkan di Masjid Ponpes Muhammadiyah Alhikmah Sidayu dan dimakakmkan di Pemakaman Sidayu, Ahad, Selasa (13/11/18). Sekitar seribu jamaah menyalatkan dan mengantarkan almarhumah Badi’ah—panggilan akrab almarhumah—menuju peristirahatan terakhirnya.
“Saya merasa terharu melihat animo masyarakat dalam memberikan penghormatan kepada almarhumah. Perkiraan saya sekitar seribu orang yang ikut menyolatkan dan memakamkan”, ungkap M Fadloli Aziz, Sekretaris Dikdasmen Pimpinan Daerah Muhammadiyah Gresik di lokasi pemakaman.
Mufardisa Arief—anak keempat—menjelaskan, saat itu ibu-bapaknya pulang dari menghadiri sebuah acara pernikahan. Di perjalanan, tepatnya di Desa Lasem, Kecamatan Sidayu, Kabupaten Gresik, keduanya mengalami kecelakaan.
Dia menuturkan, saat kecelakaan itu bapaknya tidak ingat apa yang terjadi. “Bapak baru ingat saat sudah dibawa oleh sopir pick up menuju ke Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Sekapuk,” ujarnya.
Menurut informasi yang dia terima, ibunya meninggal saat dalam perjalanan menuju rumah sakit. “Kemungkinan karena benturan di kepala,” ucapnya. Kejadian diperkirkan pukul 17.00 dan sampai di RS pukul 17.10 WIB.
Guru Komputer SD Muhammadiyah Manyar (SDMM) Gresik itu menyampaikan, “Ibu pernah mengajar di TK Aisyiyah Bustanul Athfal 9 Sidayu. Karena mengandung anak ketiga, ibu resign sebagai guru TK ABA 9. Sebelumnya, ibu pernah menjadi Sekretaris PRA (Pimpinan Ranting Aisyiyah) Srowo.”
Kepada PWMU.CO, mantan Pimpinan Harian Bidang RPK (Riset dan Pengembangan Keilmuan) Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Komisariat Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) Universitas Negeri Malang tersebut menceritakan kebiasaan ibunya di rumah.
“Ibu itu sangat sabar dan telaten mendidik enam anaknya. Termasuk adik saya yang dicium Bapak saat tiba di rumah tadi,” ujar dia menceritkan kesabaran ibunya merawat adik perempuannya yang berkebutuhan khusus. Di rumah, sambungnya, ibu merawat adiknya dengan penuh kesabaran dan keikhlasan.
“Ibu itu sama orang lain sangat ramah dan loyal. Rendah hati dan sangat perhatian pada bapak. Bapak saya kan juga ada penyakit jantung. Ibu merawat beliau dengan sabar sekali,” cerita dia tentang ibunya yang selalu mengajarkan tentang kesabaran dan bagaimana memberi manfaat untuk orang lain.
“Ibu itu banyak memberikan teladan bagi anak anaknya. Selalu mendahulukan orang lain daripada dirinya sendiri. Ibu banyak mengajarkan tentang perjuangan dan bagaimana mensyukuri kehidupan”, kata Ustadzah Disa—panggilan akrabnya—mengenang ibunya yang juga adik kandung Hilmi Aziz, Wakil Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Gresik. (MFA)