PWMU.CO-Jumlah penderita tubercolusis (TB) di Kota Surabaya tertinggi di Jawa Timur karena relawan TB bekerja maksimal menemukan penderita penyakit menular ini di kampung-kampung.
Hal itu disampaikan Ketua TB Care Aisyiyah Kota Surabaya Siti Maslamah dihubungi Rabu (14/11/2018). ”Itu logis. Semakin aktif Satgas dan TB Care Aisyiyah ini menemukan penderita TB maka jumlah penderita makin tinggi,” katanya.
TB Care Aisyiyah, salah satu relawan yang berkegiatan mencari penderita TB dan suspect di masyarakat. Relawan lainnya ada Satgas TB di bawah Dinas Kesehatan, dan sejumlah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)
Dengan demikian, sambung Maslamah, kota lain di Jawa Timur yang angka penderita TBnya rendah, belum tentu menggambarkan penularan TB juga rendah. Boleh jadi banyak penderitanya tapi belum terdata. Justru kondisi itu memperburuk keadaan karena TB sangat cepat penularannya.
Kepala Puskesmas Benowo dr Dwi Sapta Edy Purnama menambahkan, sekarang ini justru digiatkan lagi untuk mencari terduga TB dan pasien TB yang belum berobat rutin atau mangkir dari pengobatan.
”Masih banyak penderita atau suspect yang belum terjaring dan terjangkau. Ini akan menjadi bom waktu karena penyakit TBC sangat berbahaya dan menular sekali sehingga harus diputus rantai penularannya,” tandasnya.
Jadi, kata dia, ini bukan Pemkot Surabaya gagal total mencegah penularan TB tapi karena sangat giat pencarian penderitanya. Semakin banyak ditemukan makin tinggi jumlahnya. Dari sinilah kemudian harus diputus rantai penularannya lewat pengobatan rutin.
Hal itu juga diungkapkan Purwo Komaeny dari LSM Rekat Surabaya yang juga mantan penderita TB dalam acara Capacity Building of CSO Advocacy Skill & Fundraising, Media Campaign hari kedua Rabu kemarin.
“Satu kuman TBC bisa menular pada 100 orang bila suspect tersebut batuk dan tidak bermasker berada dalam ruang tertutup ber-AC. Beda dengan HIV AIDS yang hanya menularkan pada satu jiwa saja, itupun kalau berhubungan langsung, ” ujarnya.
Memutus rantai penularan sangat tergantung dari penderita yang harus sabar dan telaten berobat. Pengobatannya jangka panjang bisa enam bulan atau dua tahun. Bila pengobatan terputus sakitnya bisa parah karena kuman TB bisa imun terhadap obat.
Saat ini menurut data, kader Satgas TB dan TB Care Aisyiyah yang bergerak secara serempak telah mendeteksi 4.850 suspect TB dan kader Aisyiyah telah menemukan 1.070 suspect per Januari hingga September 2018. (Bunda Tri)