PWMU.CO – Kehadiran Presiden Jokowi di Universitas Muhammadiyah Lamongan (UMLA) Senin (19/11/18) bak durian runtuh. Bagaimana tidak? Setelah lama menggantung, akhirnya SK perubahan status itu benar-benar ‘runtuh’ ke tangan.
Menurut H Alifin—Ketua II Stikes Muhammadiyah Lamongan, nama UMLA sebelumnya—pihak Stikes ‘cuma’ ingin hadirnya SK asli, real, agar UMLA tidak terkesan menggantung.
Pasalnya pada saat penyelenggaraan shalat Jumat perdana di Masjid Ki Bagus Hadikusumo (2/11/18) nama Universitas Muhammadiyah Lamongan telah terpampang jelas di pintu gerbang kampus di Jalan Nasional Surabaya-Jakarta.
Terpampangnya nama itu sempat mendorong PWMU.CO untuk menggali informasi lebih dalam tentang UMLA. Tapi oleh Alifin, kedatangan PWMU.CO diarahkan untuk meliput Masjid Ki Bagus Hadikusumo tanpa mengotak-atik UMLA.
Dia meminta agar informasi seputar UMLA ditahan hingga tanggal 19 November 2018. Sebab, menurut Alifin, terpampangnya nama Universitas Muhammadiyah Lamongan pada awal Nopember 2018 sempat membuat ‘sport jantung’ jajaran pimpinan Stikes Muhammadiyah Lamongan.
Bagaimana tidak sport jantung, kata Alifin, ketika SK UMLA baru diketahui oleh kalangan terbatas dalam bentuk soft copy justru ‘bocor’ ke sejumlah staf. “Pimpinan Stikes berpendapat sebelum menerima hard copy berupa surat ‘asli’ maka belum layak mendeklarasikan sebagai UMLA,” ujarnya saat ditemui PWMU.CO setelah Presiden Jokowi meninggalkan Lamongan.
Alifin menjelaskan, beberapa pihak menyatakan berbeda sikap, di mana soft copy dari sumber terpercaya layak dianggap sahih. “Akhirnya lahirlah aksi spontanitas sebagian staf mengganti nama Stikes menjadi Universitas Muhammadiyah Lamongan di pintu gerbang,” cerita Alifin.
Tak hanya itu, dikibarkan juga umbul-umbul di sekita lokasi kampus. “Tak pelak aksi tersebut membuat jajaran pimpinan Stikes makin intensif “menagih” SK peningkatan status.
“Jawaban dari pihak Presiden sungguh mencengangkan. SK akan diantar sendiri oleh Presiden ke Lamongan pada waktu dan agenda kunjungan kerja yang sedang disusun sekretariat kepresidenan,” terang pria asli Parengan Maduran Lamongan ini.
Kabar tersebut, sambungnya, menimbulkan keinginan kuat pada perguruan tingi Muhammadiyah (PTM) lain untuk ikut dalam penyerahan SK. “Yang lucu, salah satu PTM tersebut SK-nya sudah agak lama turun, tetapi ingin ikut dalam prosesi penyerahan SK dari Presiden Jokowi,” ujarnya. “Syukur alhamdulillah permintaan ‘aneh’ dari salah satu PTM ini dikabulkan oleh pihak staf kepresidenan.”
Selain Stikes Muhammadiyah Lamongan, perguruan tinggi Muhammadiyah yang mendapat SK perubahan status adalah Stikes Muhammadiyah Kudus, Stikes Muhammadiyah Wonosobo, Stie Ahmad Dahlan Jakarta, Akademi Kebidanan Aisyiyah Banten, dan Perguruan Tinggi Muhammadiyah Sorong.
Alifin legas, acara yang tidak pernah disangka-sangka oleh seluruh sivitas akademika UMLA itu berlangsung sukses. “Selesai sudah sport jantung seluruh jajaran pimpinan UMLA. Kini berganti dengan rasa lega: plong,” ucapnya.
Selamat UMLA! (Prima)