PWMU.CO – Muktamar XXI Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) harus dijadikan sebagai momentum untuk meneguhkan posisi dan peran IPM sebagai generasi “Nun” atau pena.
Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Dr Haedar Nashir menekankan hal itu dalam pembukaan Muktamar XXI IPM di Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida), Senin (19/11/18).
Haedar mengatakan, IPM adalah generasi yang punya etos keilmuan dan iqra. Juga generasi yang punya kesadaran masa depan tentang perlunya hadir peradaban dari sosok insan-insan muslim terpelajar yang beraklak mulia.
“Kader IPM haruslah bisa memadukan antara iman dengan kemajuan,” pesannya. Haedar lalu mengingatkan kader IPM pada slogan ketika dulu dirinya aktif di IPM, yakni tertib ibadah, tertib organisasi, dan tertib belajar. “Itu menjadi etos yang sangat penting biarpun sederhana,” tegasnya.
Ia menerangkan, dengan tertib ibadah kader IPM akan selalu hablu minallah dan punya spirit untuk menjadi orang yang kata sejalan dengan tindakan. Hidup tulus, jujur, dan sederhana.
“Itulah yang membuat kita nikmat dalam hidup, dan itulah yang ditanamkan oleh IPM, dan kami rasakan itu tertanam kuat hingga saat ini,” ungkapnya.
Sementara, lanjut dia, tertib organisasi membuat Muhammadiyah menjadi organisasi modern. Menurut dia, dengan organisasi modern Muhammadiyah telah memberi contoh untuk bangsa ini.
“Kalau kita ingin naik kelas sebagai bangsa yang dulu terjajah dan kita dulu sering kalah dalam strategi karena mereka lebih pandai, maka satu-satunya jalan adalah bangsa yang terorganisasi, dan organisasinya harus modern, rasional, efisien, efektif, produktif, dan berorientasi pada masa depan,” ujarnya.
Nah, itulah yang akan menentukan masa depan dan kemajuan bangsa Indonesia. “Dan itu ada pada IPM,” ungkap Haedar.
Ia menambahkan, IPM harus senantiasa menanamkan tradisi keilmuan atau iqra. “Maka dari itu banyak alumni IPM yang haus akan ilmu. Kalau tidak haus akan ilmu, maka itu bukan kader IPM,” ungkapnya.
Haedar mengingatkan, kader IPM jangan terlalu banyak mengobrol, tapi lupa membaca. “Etos penting IPM adalah belajar. Maka, galilah makna dari nun walkalami wama yasturun,” pintanya.
Haedar kemudian mengungkapkan rasa bangganya pernah menjadi pimpinan dan kader IPM. “Saya dapat ujra dan ajra dari IPM,” tuturnya di sambut tepuk tangan ribuan kader IPM yang datang dari seluruh Indonesia.
Di akhir, Haedar tak lupa menyampaikan, terima kasihnya karena Presiden Republik Indonesia Ir Joko Widodo telah berkenan menghadiri dua acara Muhammadiyah sekaligus, yakni di UMLA dan di Umsida ini.
“Terima kasih Pak Jokowi bersama istri, Iriana Jokowi bisa selalu hadir di rumah Muhammadiyah. Insyaallah diberkahi,” ucapnya. (Aan)