PWMU.CO – Sudah tak zamannya lagi ber-Muhammadiyah dengan rendah diri, minder, dan penuh ketidakpercayaan diri. Ber-Muhammadiyah kini harus dilakukan dengan gembira, riang, dan penuh semangat. Demikian pesan penting yang disampaikan Drs Nadjib Hamid, MSi, dalam Tabligh Akbar yang digelar di Perguruan Muhammadiyah Benjeng-Gresik Sabtu (21/5/2016).
“Ber-Muhammadiyah itu harus riang, penuh semangat, dan gembira. Seperti yang Bapak dan Ibu tunjukkan malam ini. Berbondong-bondong menghadiri Tabligh Akbar,” kata Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jatim ini, di hadapan ribuan warga Muhammadiyah yang hadir. Tabligh Akbar ini digelar dalam rangka menyambut Musyawarah Cabang Muhammadiyah dan Aisyiyah ke-IX Kecamatan Benjeng Kabupaten Gresik.
(Baca: Inilah 5 Ciri Islam Berkemajauan)
Suasana gembira, kata Nadjib, bakal memberi energi positif pada Persyarikatan. Auranya bakal menyebar dalam tiap gerak pengurus maupun anggota dalam menggerakkan Muhammadiyah. “Coba bayangkan bila kita ber-Muhammadiyah ini dengan suasana redup. Kurang gairah. Bisa dibayangkan seperti apa rupa organisasi yang kita cintai ini,” tandasnya.
Mantan komisioner KPU Jatim ini juga mengingatkan kepada seluruh warga Muhammadiyah untuk tak lelah berikhtiar menebar manfaat. Berbagi empati kepada sesama. Menyenangkang dan menggembirakan kepada yang kurang beruntung. Caranya? Dengan tak segan membantu, mengulurkan tangan memberikan bantuan. “Itu tugas kita semua. Meringankan beban saudara-saudara kita yang kurang beruntung,” ujarnya.
(Baca juga: Jadi Pimpinan Muhammadiyah Itu Harus Menggembirakan Umat dan Muhammadiyah Tak Punya Musuh, karena Selalu Bergembira Melayani Umat)
Jika langkah kecil seperti ini dilaksanakan, Kata Nadjib, akan memberi dampak besar. Tak hanya bagi Muhammadiyah tapi juga Islam secara keseluruhan. Problem dunia islam saat ini, ingatnya, adalah menghadapi ketidakpercayaan masyarakat global. Islam dipandang rendah dan tidak bisa memegang amanah.
Nadjib kemudian menyodorkan contoh kecil tentang sebuah survey yang pernah dilakukan Universitas George Washinton AS untuk mencari negara yang paling islami. Hasilnya? Pada survey tahun 2010, negara-negara dengan penduduk mayoritas Islam tak ada yang masuk dalam posisi 100 besar. Posisi teratas ditempati New Zealand. Indonesia sendiri di posisi 140. Survey kemudian diulang pada 2014 lalu. Posisi negara negara Islam tak berubah, masih terlempar di luar posisi 100. Indonesia agak lumayan dengan naik ke posisi 128. “Ini kan sangat ironis. Bagaimana negara negara Islam justru perilaku warganya tidak islami,” ujarnya.
Dalam kesempatan itu, Nadjib Hamid juga menyampaikan selamat bermusyawarah bagi Muhammadiyah dan Aisyiyah Kecamatan Benjeng. Dia mengingatkan agar jangan memilih pemimpin yang hanya menjadi tukang Paido (menyalahkan pihak lain). “Orang seperti ini selalu ada. Dia bisanya mengoreksi dan menyalahkan pihak lain. Tetapi nol besar dalam bekerja. Jangan pilih orang seperti ini,” pungkasnya. (ram)