PWMU.CO – Lupakan sejenak joke Presiden Jokowi tentang hubungan keluarganya dengan (universitas) Muhammadiyah saat meresmikan Masjid Ki Bagus Hadikusumo di Lamongan.
Ada hal lebih serius yang perlu dicermati masyarakat dan dunia pendidikan di Indonesia termasuk Universitas Muhammadiyah Lamongan (UMLA) dan lima perguruan tinggi Muhammadiyah (PTM) lainnya yang baru mendapat SK perubahan status dari Presiden Jokowi, Sabtu (19/11/18) lalu.
Kepada 6 PTM yang baru diresmikan itu, Jokowi mengamanatkan pentingnya melakukan antisipasi revolusi industri 4.0—era di mana menurut Presiden dengan mengutip riset Mc Kensey—berpotensi membawa perubahan 3000 kali lebih cepat dari era industri sebelumnya.
“Revolusi industri 4.0 antara lain ditandai dengan kemajuan dunia digital yang didukung big data, artificial intelligence, crypto currencydan sebagainya. Lanscape ekonomi, sosial, politik dan budaya dipastikan ikut terpengaruh oleh revolusi industri 4.0,” ujarnya.
Era indsutri 4.0 pada hakikatnya sudah hadir dengan serius mempengaruhi pola pikir, pola kerja, dan hasil dari proses politik, ekonomi dan sosial masyarakat dunia.
Dalam bidang politik misalnya, pada pemilihan Presiden Amerika Serikat tahun 2016 diketahui bahwa kemenangan Donald Trump banyak dibantu big data dan artificial intelligence. Hal ini seiring dengan pengakuan resmi lembaga konsultan Cambridge Analytica yang berbasis di Inggris sebagai konsultan Trump.
Dengan bangga Cambridge Analityca mengumumkan cara kerjanya yang mampu mempengaruhi calon pemilih dengan isu-isu penting yang paling diminati menggunakan big data dan artificial intelligence. Pengakuan Cambridge yang kemudian menyeret pihak Facebook sebagai terduga penyedia big data.
Perkembangan selanjutnya menjadi menarik ketika Mark Zuckenberg selaku CEO Facebook harus melakukan pembicaraan dengan Kongres Amerika Serikat tentang dugaan membocorkan data jutaan pengguna Facebook. Sebuah drama lucu terjadi pada saat dengar pendapat menggambarkan “keluguan” pihak Facebook dan kongres yang merasa “kecolongan”.
Facebook memberikan data kepada Cambridge menganggapnya sebagai sebuah transaksi bisnis “biasa”. Adapun Kongres merasa belum mampu berbuat banyak akibat belum ada konstitusi yang mengatur penggunaan data warga negara Amerika Serikat oleh pihak di luar negeri.
Ibarat seorang pedagang pisau tidak bisa serta merta disalahkan jika pisau tersebut disalahgunakan oleh pembelinya. Terbukti bahwa era big data dan artificial intelligence telah “memakan korban” di negeri penemunya, setidaknya publik Amerika Serikat merasa “kecolongan” oleh kekalahan Hillary Clinton yang lebih di inginkan warga Amerika Serikat menjadi presiden pengganti Barack Obama.
Dan terbukti pula kemenangan Trump mengubah landscape dunia di antaranya perang dagang Amerika Serikat-Cina, pembukaan kedutaan Amerika Serikat di Yerusalem yang menimbulkan ketegangan baru di dunia Islam.
Bagaimana dengan Indonesia? Kemungkinan yang sama bisa jadi akan terjadi. Namanya kerja artificial intelligence pasti tidak tampak kasat mata atau panca indera lainnya. Yang sudah tampak nyata di Indonesia adalah perubahan landscape ekonomi mengarah pada tren serba digital. Gojek, Grab, Bukalapak, Traveloka, Tokopedia dan sebagainya telah mengubah bahkan mendorong perilaku ekonomi.
Jika ada yang menganggap Gojek, Grab, atau Bukalapak belum membawa pengaruh apa-apa barangkali pendapat demikian mewakili generasi, maaf, jadul alias zaman dulu. Valuasi Gojek, Grab, Bukalapak, Traveloka, dan sebagainya, yang telah mencapai nilai Rp 1 triliun menunjukkan dunia generasi zaman now bisa eksis tanpa generasi jadul.
Tidak ada kata terlambat bagi generasi jadul atau zaman now ikut serta meramaikan revolusi industri 4.0. Meramaikan dalam arti ikut berpartisipasi aktif agar tidak menjadi korban generasi milenial yang semakin berkemajuan.
UMLA—metamorfosis dari Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (Stikes) Muhammadiyah Lamongan—tampak sudah siap dengan Program Studi Teknik informatika sebagai satu-satunya prodi di Fakultas Teknik. Satu jurusan teknik informatika saja sementara cukup untuk melakukan digitalisasi fakultas ilmu kesehatan, ekonomi, dan keguruan yang ada di UMLA.
Memasuki era big data dan artificial intelligence secara aktif hakekatnya melakukan tabligh atau dakwah Islam. Big data dan artificial intelligence merupakan pengembangan dasar Aljabar dan Algoritma warisan peradaban Islam yang dasar-dasarnya diletakkan oleh Abu Ja’far Muhammad ibn Musa Al Khwarizmi dalam buku Al Kitab Al Mukhtasar Fi Hisab Al Jabr Wa Al Muqabala dan Algoritmi De Numero Indorum. Buku ke-2 tidak diketahui judul aslinya, karena ikut musnah dalam penyerbuan tentara Mongol di Baghdad yang juga menghancurkan perpustakaan Bait Al Hikmah.
Atas jasa baik dan kejujuran ilmuwan barat buku tersebut tetap diakui warisan Al Khwarizmi. Kamus Besar Bahasa Indonesia menerangkan algoritma sebagai “prosedur sistematis untuk memecahkan masalah matematis dalam langkah-langkah terbatas”.
Selamat berkarya UMLA melahirkan generasi Al Khwarizmi milenia berikutnya. Bersama PTM dan generasi berkemajuan memenangkan persaingan revolusi industri 4.0 menjawab tantangan Presiden Republik Indonesia. Biidznillah UMLA Bisa! (*)
Kolom oleh Prima Mari Kristanto, penulis buku Nabung Saham Syariahdan auditor di Kantor Akuntan Publik Erfan & Rakhmawan Surabaya.