
PWMU.CO – Takmir adalah pegawainya Allah yang bertugas mengurus rumah-Nya di bumi. Mengurusi masjid itu bukan sambilan atau sekadar aktivitas sosial kemasyarakatan belaka.
Itulah saIah satu yang disampaikan oleh Enggar Haryo Panggalih salah satu Takmir Masjid Jogokariyan, Yogyakarta, saat memberikan materi dalam Workshop Penguatan Manajemen Masjid dan TPA Muhammadiyah, di Aula Mas Mansur Gedung Muhammadiyah Jatim, Ahad (25/11/2018).
Enggar—panggilan akrabnya—sengaja didatangkan Majelis Tabligh Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jatim untuk memberikan testimoni tentang pengelolaan Masjid “Percontohan” Jogokariyan.
Pria yang juga aktivis YDSF Yogyakarta ini menyampaikan menjadi takmir adalah hal yang istimewa. “Maka imbalannya juga istimewa,” ucapnya.
Kalau kita bekerja pada Allah, ujarnya, maka Allah yang akan menggaji kita dengan maksimal. “Bila bekerja pada manusia, maka menggajinya mininal,” demikian kesaksian Enggar selama bergabung di Masjid Jogokariyan.
Enggar juga mengingatkan, salah satu fungsi masjid adalah tempat “istirahat ” bagi musafir. “Kalau ada masjid yang ada tempelan ‘dilarang tidur di masjid’, secepatnya dilepas,” selorohnya sambil tersenyum.
Selain itu, sambungnya, hendaknya takmir masjid membangun jamaah bukan pada fisik masjid semata. “Yaitu melalui pembinaan yang rutin dan sistematis. Karena masjid seharusnya memberdayakan dan mensejahterakan masyarakat, bukan menjadi beban masyarakat,” ujarnya.
Enggar juga masih banyak melihat para takmir berlagak seperti penguasa, kaku dan jamaah harus menurutinya. Padahal takmir hakikatnya adalah pelayan tamu-tamu Allah, khadimu dhuyufullah.
Enggar mencontohkan pelayanan jamaah di Jogokariyan yang sakit. Karena dilayani dengan sepenuh hati, diperhatikan, lambat laun penyakitnya hilang. “Inilah salah satu bukti masjid bisa menjadi pengobat dhahir dan batin,”ucapnya. (Mohamad Su’ud)