PWMU.CO-Setidaknya ada tiga cara mendeteksi sebuah berita mengandung konten hoax atau tidak. Jika mendapati kiriman beriita dengan tiga ciri ini di medsos lebih baik langsung dihapus dan jangan ikut menyebarkan.
Hal itu disampaikan Afwan Purwanto Muin, pelatih dari Google News Initiative dalam Pelatihan Deteksi Konten Hoax yang digelar Majelis Pustaka dan Informasi di Gedung Dakwah Muhammadiyah Jakarta, Sabtu (23/11/2018).
Afwan Purwanto menyebutkan, ciri pertama, tidak nyambung antara judul, isi berita, dan foto. Judul berita biasanya dibuat bombastis, berlebih-lebihan tapi setelah dibaca isinya tidak ada cerita yang sesuai dengan judul. Begitu juga foto tidak ada kaitannnya dengan berita.
Cara kedua, sambung dia, mengambil dari sebuah berita tetapi konteks peristiwa dihilangkan kemudian ditambahi narasi dengan tujuan tertentu yang bersifat opini. Hasilnya antara berita di atas dengan narasi di bawahnya tidak pas.
Ketiga berita dengan konten manipulatif. Menurut Afwan, cirinya ada kalimat menakuti dengan azab, siksaan, menyuruh sebarkan berita itu kalau tidak mendapat bencana.
”Jika membaca berita dengan tiga ciri tadi di medsos, langsung saja dihapus dan jangan disebarkan,” tandas Afwan. Sebab berita hoax, kata dia, sengaja disebar oleh para pemburu trafik websitenya. Semakin banyak orang penasaran dengan berita itu semakin banyak orang meng-klik berita makin untung dia karena mendapat iklan.
”Situs-situs pembuat berita hoax mendapatkan keuntungan besar dari masyarakat yang meng-klik berita bohong. Menurut data situs-situs itu memperoleh pendapatan cukup besar antara 500-800 dollar AS per bulan.
Afwan menerangkan, orang menyukai berita hoax jika informasi yang diterima itu sesuai dengan opini atau sikapnya. ”Berita bohong bisa disukai karena sesuai dengan pendapatnya,” tuturnya. Karena itu perlu diimbangi bersikap kritis terhadap meskipun sesuai dengan opini kita tapi jika tidak logis jangan langsung dibenarkan.
Hoax bisa terjadi, kata Afwan, karena misinformasi atau disinformasi. ”Misinformasi adalah sebuah informasi yang salah, namun orang yang menyebarkan percaya informasi itu benar. Sedangkan disinformasi adalah informasi salah tapi sengaja disebarkan dengan tujuan tertentu,” tuturnya. (sgp)