PWMU.CO – Budaya taawun harus terus ditunjukkan oleh Muhammadiyah. Bekerja, memberi, dan membantu orang lain tanpa pamrih.
Prof Din Syamsuddin menyampaikan hal itu dalam Tabligh Akbar Milad Ke-109 Muhammadiyah yang diselenggarakan Pimpinan Daerah Muhammadiyah Lamongan di Stadion Surajaya, Ahad (25/11/18).
“Perintah untuk taawun, bergotong royong itu dilanjutkan oleh Allah dengan larangan. Walaa ta’awanu alal itsmi wal ‘udwan. Saya terjemahkan taawun (yang kedua ini) bukan bergotong royong, tapi bersekongkol. Jangan kamu bersekongkol dalam dosa. Dalam pelanggaran yang menimbulkan pertentangan,” tandasnya.
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah tahun 2005-2010 dan 2010-2015 yang baru saja memperoleh penghargaan The Order of Rising Sun, Gold, and Silver Star dari pemerintah Jepang ini menyatakan realita yang terjadi saat ini persekongkolan-persengkolan jahat telah ada di sekitar kita.
“Inilah yang kita hadapi sekarang. Persekongkolan-persekongkolan jahat yang ada di negeri ini harus dilawan oleh Muhammadiyah. Harus dilawan oleh bangsa ini dengan mengedepankan budaya taawun,” ujarnya.
Berkaitan dengan agenda tahun 2019 yang akan datang, Din Syamsuddin berpesan kepada warga Muhammadiyah dan umat islam agar tidak menganggapnya sebagai ritual demokrasi 5 tahunan biasa.
“Ini adalah kewajiban dan tanggung jawab keagamaan yang harus kita hadapi secara positif. Warga Muhammadiyah jangan sampai golput. Berilah hak suara sebagai warga negara yang bertanggung jawab,” ajak Din.
Kepada warga Muhammadiyah Din Syamsuddin percaya bahwa tidak perlu diberi tahu siapa yang harus dipilih. Karena sebagai muslim sesuai dengen hadits istafti qalbak. Mintalah fatwa kepada hati sanubari.
“Yang perlu dipilih tentu tidak lain adalah calon pemimpin baik legislatif maupun eksekutif yang betul betul istiqamah dengan nilai-nilai moral, mengemban amanat, dan yang paling penting memberi perhatian kepada kepentingan Islam dan umat Islam. Karena barang siapa tidak peduli dengan urusan umat Islam maka bukan bagian kami,” tutur Din.
“Jadi sudah jelas ya? Sudah jelas,” Din melontarkan pertanyaan kepada ribuan warga Muhammadiyah Lamongan yang langsung disambut dengan jawaban, “Sudah!”
“Itulah warga Muhammadiyah takfiy lil aaqil al isyarah. Cukuplah bagi orang cerdas itu dengan isyarat dan warga Muhammadiyah adalah orang-orang yang cerdas,” tegas Din. (Nely Izzatul/Prima)
Discussion about this post