PWMU.CO – Satu lagi Pondok Pesantren (Ponpes) Muhammadiyah berdiri. Ponpes yang diberi nama “Ulul Albab” milik Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) Mojopetong, Kecamatan Dukun, Kabupaten Gresik, Jawa Timur ini diresmikan kemarin malam (22/5). Penandatanganan prasasti peresmian dilakukan oleh Ketua Pimpinan Daerah (PDM) Gresik, Drs Taufiqullah MPd.
(Baca: Sukses Berkat Nyantri, Inilah Testimoni Alumni Pesantren Muhammadiyah)
Ketua PRM Mojopetong Khozin mengatakan, tujuan pendirian Ponpes ini, didorong oleh rasa keprihatinan terhadap generasi muda. Terutama melihat perilaku anak muda yang semakin jauh dari nilai-nilai dan ajaran agama Islam.
Dengan berdirinya “Ulul Albab”, Khozin berharap ponpes ini mampu memberikan pendidikan tentang nilai-nilai agama yang benar, sehingga kegiatan dan perilaku anak muda bisa berubah: semakin terarah dan bermakna. “Keinginan untuk mendirikan ponpes ini sudah lama. Alhamdulillah, hari ini (Ahad kemarin) telah diresmikan,” ungkapnya.
(Baca: Tamu Istimewa Sumbang MBS Jombang 36 Juta)
Sementara Abdul Basit LC selaku Ketua Lembaga Pengembangan Pesantren Muhammadiyah (LPPM) PWM Jawa Timur mengatakan, “Pesantren Muhammadiyah dan lembaga pendidikan Muhammadiyah didirikan untuk umat. Tidak hanya diperuntukkan khusus untuk warga Muhammadiyah saja.”
”Masyarakat sekarang sudah semakin dewasa. Tidak melihat NU atau Muhammadiyah. Tetapi kualitas yang menjadi daya tarik. Banyak sekolah dan Perguruan Tinggi (PT) Muhammadiyah yang mayoritas siswanya dari Nahdliyin. Bahkan di Papua dan NTT, mayoritas siswanya adalah Kristen,” papar Basit sambil menambahkan bahwa Ponpes Muhammadiyah se-Indonesia baru ada 417 yang tersebar di 14 provinsi. “Masih ada 19 provinsi yang belum ada pesantren Muhammadiyah-nya,” urainya.
(Baca: Ketua PWM Jatim Launching MBS Jetis dan Lagi, Berdiri Muhammadiyah Boarding School)
Lebih lanjut Basit mengatakan, saat ini ada tiga model Ponpes di Muhammadiyah. Model pertama Ponpes memakai nama Muhammadiyah dan secara struktural di bawah Muhammadiyah. Kemudian Ponpes memakai nama Muhammadiyah, tetapi secara struktural tidak di bawah Muhammadiyah. Dan ketiga, Ponpes yang tidak memakai nama Muhammadiyah dan secara struktural memang tidak di bawah Muhammadiyah. Tetapi kulturnya adalah Muhammadiyah.
”Ketiga model itu bisa dikembangkan. Pada waktu dekat LPPM PP Muhammadiyah akan membuat peraturan dan kurikulum pesantren Muhammadiyah. Di antaranya salah satu syarat lulus dan mendapatkan ijazah, harus memiliki hafalan juz dan ayat-ayat pilihan serta hadis pilihan,” katanya.
Ketua PDM Gresik Drs Taufiqullah MPd I dalam sambutannya mengucapkan rasa terima kasih kepada PRM Mojopetung, karena telah mendirikan ponpes. ”Ini berarti telah membantu program kerja PDM Gresik. Karena salah satu amanah Musyda adalah mendirikan pondok,” ujarnya.
(Baca: SMK Pelayaran Berbasis Pesantren Ini, Semua Lulusannya Diterima Dunia Kerja)
Dalam kesempatan yang sama Ketua Majelis Tabligh PWM Jatim Muhammad Sholihin, yang diundang untuk memberikan ceramah mengatakan, kehancuran moral bangsa kita saat ini hampir sempurna. Mulai dari degradasi moral, perilaku kekerasan seksual yang menimpa anak, hingga persoalan korupsi.
Untuk mencegah itu, menurut mantan kepala SDM 4 Pucang ini, benteng yang paling kokoh dan kuat adalah pendidikan agama. Sholihin menjelaskan, untuk melahirkan generasi muda yang baik, harus memiliki dan didukung oleh empat hal. Yakni agama, pendidikan, kebiasaan dan lingkungan.
”Selama ini pendidikan Muhammadiyah berhasil dan menjadi harapan masyarakat. Mampu melahirkan generasi yang berakhlak mulia dan berprestasi,” katanya. (aan)