PWMU.CO-Di SMP Muhammadiyah 4 Tanggul Jember (SMP Muhata) kemampuan berdebat antar kelompok menjadi penilaian ujian akhir semester.
Ujian debat ini bagian dari mata pelajaran Kemuhammadiyahan untuk kelas 9 yang berlangsung di mushala, Jumat (7/12/2018). Murid-murid dibagi beberapa kelompok jauh hari sebelum ujian dimulai agar mencari referensi, membaca buku atau internet untuk memperkaya wawasan.
Sebelum dimulai guru menjelaskan aturan mainnya. Setiap kelompok terdiri dari lima orang. Dua orang ditunjuk sebagai juru bicara. Setiap juru bicara tim, baik tim pro maupun tim kontra diberi waktu tiga menit untuk menyampaikan argumentasinya.
Kesempatan speaker pertama tim pro, kemudian speaker pertama tim kontra. Begitu seterusnya bergiliran bicara. Penilaian berdasarkan keaktifan memberikan argumen.
Topik diskusi tentang menyikapi profesi menurut sudut pandang siswa Muhammadiyah. Giliran pertama kelompok dengan juru bicara MiftahAnggun.
”Menurut kami, memilih sebuah profesi lebih mengutamakan kehalalan, kemaslahatan, sesuai hati nurani dan penuh tanggung jawab. Muhammadiyah juga menyarankan untuk mengeluarkan zakat, infak dan sedekah dari hasil kerja,” kata Miftah Anggun.
Tim lain langsung menanggapi. ”Saya tidak setuju memilih pekerjaan sesuai hati nurani. Misal, punya orang tua yang menginginkan kita menekuni sebuah pekerjaan tapi tidak sesuai dengan nurani kita. Apakah kita harus menolaknya?” bantah Thufail juru bicara kelomok lain.
Miftah Anggun makin menegaskan argumentasinya. ” Iya kita harus menolaknya. Karena pekerjaan yang yang tidak sesuai dengan keinginan kita, kerjanya bisa tidak maksimal. Hasilnya tidak seperti yang diharapkan,” tegas Anggun.
Muhammad Rizal, juru bicara yang satu kelompok dengan Thufail membantah dengan sedikit emosi. ”Tidak bisa begitu, ridlo Allah bergantung kepada ridlo orang tua,” sergahnya.
” Tenang, tenang, Rizal. Jangan pakai emosi,” kata guru menenangkan sambil tersenyum. Tak ayal kejadian ini mendapat tepuk tangan siswa. Tak sedikit yang tertawa dan berkata seru.
”Muhammadiyah juga menyarankan untuk berhati-hati dalam memilih pekerjaan. Pekerjaan yang mengandung riba juga harus kita hindari. Seperti kerja di bank, misalnya. Meminjam uang di bank dengan pengembalian yang jauh lebih besar, itu riba,” kata Attamir Nazam, juru bicara tim kelompok yang lain.
”Tidak bisa begitu. Kalau tidak begitu darimana bank mendapat hasil kalau tidak dari pengembalian nasabahnya,” bantah Asiyah Triana.
”Tapi Aisyah, bagaimanapun riba itu haram,” tandas Arjun dari kelompok Nazam. Sekali lagi semua yang hadir memberikan tepuk tangan.
Di akhir pembelajaran, guru memberi penguatan. ”Hari ini kita belajar mengolah pikir dan emosi. Ada banyak hal baru yang kalian munculkan di debat ini. Kalaupun suatu saat kita menemukan ketidaksamaan pilihan pekerjaan dengan pilihan orang tua, jangan langsung menolak. Siapa tahu pekerjaan itu baik untuk kita. Bila kita tidak cocok dengan pilihan orang tua maka komunikasikan dengan baik.”
”Pendapat Aditya Prabowo tadi harus menjadi bahan pikiran kita. Bagaimana sekolah-sekolah Muhammadiyah menyiapkan lulusannya menjadi tenaga kerja yang terampil di era globalisasi nanti,” katanya. (Humaiyah)