PWMU.CO – Untuk menunaikan amanat Muktamar ke-47 di Makassar terkait dakwah komunitas, Lembaga Dakwah Khusus (LDK) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah mengambil empat model yang menjadi strategis dakwahnya.
Demikian disampaikan Wakil Bendahara LDK PP MuhammadiyahDr Suhardin MPd dalam Rapat Kerja Nasional (Rakornas) dan Halaqah Dai Khusus LDK PP Muhamadiyah di At Tauhid Tower Universitas Muhammadiyah Surabaya, Jumat (14/12/18).
Pertama, dakwah untuk komunitas virtual. “Dalam hal ini seorang dai harus mampu menguasai teknologi internet sehingga mampu memberi warna positif di sana,” ujarnya.
Kedua, sambungnya, dakwah komunitas untuk kalangan masyarakat kelas atas. Yang termasuk kelompok ini adalah mereka yang memiliki kemampuan ekonomi tinggi. Profesi, pendidikan, intelektual, dan status sosial juga tinggi. Selain itu mereka juga punya kemampuan menguasai akses ekonomi, politik, dan budaya.
“Oleh karena itu dakwah pada komunitas ini harus lebih kreatif dan inovatif dengan kemasan dan gaya bahasa yang sesuai dengan gaya hidup mereka,” terangnya.
Ketiga, dakwah untuk komunitas kalangan marginal. Kelompok ini memiliki karakteristik ekonomi rentan kemiskinan. Mereka ini adalah buruh, buruh tani, nelayan, pedagang kecil, pengrajin dan pegawai rendahan.
“Sikap keberagamaan kelompok ini mistikal, sinkretik. Perilaku kelompok ini lebih pragmatis. Pendekatan dakwah yang perlu dilakukan terhadap kelompok ini adalah pendekatan humanistik, merakyat dengan materi-materi yang mudah dipahami sesuai dengan kebutuhan dan problematika kehidupan sehari-hari,” ujarnya.
Keempat, dakwah untuk masyarakat pedalaman atau 3T (tertinggal, terluar, dan terpencil). Menurut Suhardin, masyarakat suku terdalam seringkali kurang mendapat perhatian dari banyak pihak secara personal maupun kelembagaan; secara formal maupun non formal.
“Termasuk mereka juga kurang mendapat perhatian dari para dai akibatnya mereka terpinggirkan dan tidak mempunyai akses terhadap pembangunan baik yang bersifat material maupun non material. Mereka juga tidak mempunyai akses terhadap pendidikan terutama pendidikan agama dimana hal ini menjadi bagian yang vital dalam kehidupan,” terangnya.
Dia menegaskan, tidak mudah erdakwah di daerah semacam ini. Butuh tekad dan militansi di atas rata-rata disertai kesiapan untuk berkorban dan komitmen perjuangan. “Hal inilah kemudian yang menggugah Muhammadiyah untuk melakukan dakwah di daerah pedalaman, melalui Lembaga Dakwah Khusus Pimpinan pusat Muhammadiyah bakerja sama dengan berbagai pihak untuk mengkoordinir para dai dan diturunkan di daerah ini,” ujarnya. (Habibie)
Discussion about this post