PWMU.CO-Upaya penanggulangan kejadian luar biasa difteri putaran ketiga di Kota Probolinggo jeblok, Dinas Kesehatan (Dinkes) menggandeng Aisyiyah untuk imunisasi lanjutan.
Aisyiyah yang memiliki banyak kader, fasilitas kesehatan dan pendidikan dinilai mampu mendorong capaian Outbreak Response Immunization (ORI) Difteri hingga sisa akhir tahun 2018 ini.
Selain Aisyiyah, Dinkes juga melibatkan United Nations Children and Education Fund (Unicef) perwakilan Jawa, dan perguruan tinggi seperti Universitas Airlangga.
”Dengan dibantu Aisyiyah Kota Probolinggo, target 95 persen itu semoga bisa tercapai pada 31 Desember 2018 mendatang,” ujar Child Surveillance Development Specialist Unicef Perwakilan Pulau Jawa Dr Armunanto di sela Sosialisasi ORI Difteri Unicef, Unair, PWA, dan PDA Kota Probolinggo di Gedung Graha Ahmad Dahlan, Senin (17/12/2018).
Senin pagi, rombongan Unicef bersama Pimpinan Wilayah Aisyiyah (PWA) Jatim turun ke Kota Bayuangga ini. Tidak sebatas sosialisasi tetapi juga imuninasi difteri sebanyak 140 anak dari sejumlah PAUD di bawah naungan Aisyiyah Kota Probolinggo.
”Kami sudah lama menjalin kerja sama dengan Unicef, termasuk kali ini dalam hal sosialisasi ORI Difteri,” ujar Ketua PWA Jatim, Siti Dalilah Candrawati.
Awal Desember lalu, capaian ORI Difteri di Kota Probolinggo mencapai 30,2 persen. Sepekan kemudian naik menjadi 37,82 persen. Padahal cakupan ORI Difteri di Jatim sudah 76,35 persen. ”Sekarang capaian ORI Difteri di Kota Probolinggo sudah sekitar 60 persen. Mudah-mudahan target tercapai di akhir tahun,” ujar Armunanto.
Saat memberikan sambutan di hadapan ibu-ibu Aisyiyah, Kepala Dinkes Kota Probolinggo drg Ninik Ira Wibawati MQIH membeberkan program ORI Difteri di wilayahnya. Dikatakan pada ORI Difteri putaran pertama cakupannya relatif tinggi, 93,93 persen.
Putaran kedua, capaian ORI Difteri menurun. Ninik menduga, masyarakat terpengaruh dengan isu haram vaksin difteri yang mengemuka.
Pada putaran ketiga capaian ORI Difteri semakin jeblok, 30,2 persen di awal Desember 2018. ”Pada putaran ketiga ini, menjadi pekerjaan rumah bagi kami. Karena itu kami berharap dukungan lintas sektor untuk menyukseskan ORI Difteri,” ujar Ninik.
Sebelumnya Dinkes Kota Probolinggo sudah menjelaskan, tiga alasan mengapa ORI Difteri putaran ketiga jeblok. Pertama, jadwal yang mundur di putaran ketiga imunisasi, yang seharusnya berakhir di bulan Desember 2018.
Kedua, masih ada dua Puskesmas yang masih mau melaksanakan ORI Difteri bulan Januari 2019 mendatang. Alasan ketiga, adanya Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) yang mengkhawatirkan petugas.
Karena jarak interval putaran dua ke putaran tiga yang berdekatan, Dinkes Kota Probolinggo sengaja mengundurkan ORI Difreri putaran ketiga hingga Januari 2019.
Wakil Walikota Probolinggo terpilih Soufis Sobri mengaku, mendukung penuh langkah Unicef dalam menanggulangi difteri. ”Harus kami dukung sebagai regulator di Kota Probolinggo, jangan sampai menunggu arahan. Jika ORI Difteri capaiannya rendah, kami khawatir terjadi KLB difteri,” ujarnya. (IkhsanMahmudi)