
PWMU.CO-Ada dua kondisi yang menjadikan Muhammadiyah dapat bertahan sepanjang zaman dan asetnya semakin berkembang. Yaitu solidaritas dan soliditas di antara kadernya.
Hal ini disampaikan Ketua Lembaga Dakwah Khusus PP Muhammadiyah Muhammad Ziyad dalam puncak peringatan milad Muhammadiyah ke-106 pengajian umum di Kecamatan Ujungpangkah Gresik, Sabtu (22/11/2018).
“Mengapa Muhammadiyah yang asetnya demikian banyak mampu bertahan lama? Karena pertama, Muhammadiyah memiliki solidaritas,” tandas Ziyad.
Dalam bahasa Alquran, sambung dia, innamal mukminuna ikhwati yang berarti sesungguhnya sesama orang yang beriman saling bersaudara. ”Dalam dhomir muanats artinya seperti saudara kandung satu ibu. Maknanya penderitaan saudara di tempat lain juga menjadi penderitaan kita, saudara kita memerlukan bantuan maka kita juga tampil memberikan bantuan, solidaritas ini muncul,” katanya.
Makanya tidak heran, ujar dia, beberapa waktu yang lalu saudara kita Rohingya di Myanmar yang terlunta-lunta, maka Pimpinan Pusat Muhammadiyah melalui Lazismu menghimpun dana terkumpul angka luar biasa Rp 22 miliar.
Dalam politik dan ekonomi, dia menegaskan, solidaritas menjadi penting. Karena itu dia menyarankan kalau belanja, belanjalah ke tetangga-tetangga kita untuk membantu penghasilannya. ”Kadang kita terhipnotis karena disambut pegawai yang ramah sehingga membeli di tempat lain,” tuturnya.
Hal kedua Muhammadiyah mampu bertahan, dia melanjutkan, karena soliditas. Contohnya, kebijakan dari PP sampai tingkat bawah harus solid dan dijalankan. Maka diharapkan ketika PWM Jawa Timur sudah memaklumatkan Nadjib Hamid dan Zainudin Maliki diwakafkan untuk ta’muruuna bil ma’ruf wa tanhauna anil munkar, semua warga solid untuk memperjuangkannya.
”Muhammadiyah mengajak kita pentingnya soliditas, memperkuat persatuan di antara kita, bangsa ini bisa disatukan. Ini adalah perjuangan,” katanya.
”Dalam Alquran, Allah menjelaskan wa’tashiimu bi hablillahi jamiia, hendaklah kamu semua berpegang teguh tali agama Allah, maka kalau kita berpegang teguh, kita solid dalam kehidupan kita,” ujar dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini. (Fauzy)