PWMU.CO-Semua tidak menyangka, MDMC mengadakan acara refleksi setahun bencana Pacitan, Sabtu (22/12/2018), ternyata malam harinya terjadi bencana tsunami di Banten dan Lampung.
Itulah sifat bencana. Berbagai kemungkinan bencana bisa diprediksi, tetapi kapan terjadinya tidak bisa dipastikan. “Refleksi ini lebih pada upaya mengingat dan menyiapkan diri menghadapi berbagai kemungkinan bencana yang terjadi,” kata Agus Hadi Prabowo, ketua MDMC Pacitan.
Sebagaimana tahun 2017, sambung dia, kita fokus pada kemungkinan tsunami di Pacitan, ternyata yang terjadi malah bencana banjir dan tanah longsor.
Acara ini juga menghadirkan Ketua MDMC Pusat Budi Setiawan. Dalam paparannya, Budi menjelaskan analisisnya tentang perbedaan ciri bencana yang terjadi di Lombok dan Palu. “Masing-masing punya ciri yang berbeda, meskipun sama-sama gempa dan tsunami,” kata Budi.
“Bencana di Palu mengakibatkan liquifaksi, sebuah akibat dari gempa yang lama tidak kita dengar. Ini berbeda dengan gempa dan tsunami di Lombok,” lanjutnya.
“Bagaimana ngeri dan dahsyatnya akibat liquifaksi, tiba-tiba sebuah desa yang penuh rumah dan padat penduduknya tenggelam, menyisakan lumpur kering,” urainya.
Bencana tidak bisa diatasi oleh salah satu pihak. “Untuk itu diharapkan sinergi dari berbagai instansi dan elemen masyarakat untuk mengantisipasi sebelum terjadi sampai pada penanganan pasca bencana,” harap Budi.
Refleksi bencana ini dihadiri oleh Kepala BPBD, Kepala Satpol PP dan Linmas, instansi terkait lainnya, dan beberapa perwakilan ormas dan tokoh masyarakat. (Isa Ansori)