PWMU.CO-Membuka pembelajaran semester genap, SD Muhammadiyah 4 Pucang Surabaya (SD Mudipat) mengadakan workshop bagi guru dan karyawan, Rabu((2/1/19).
Tema dan pemateri workshop untuk guru dan karyawan kali ini dibedakan. Tempatnya dipisah, meski waktu pelaksanaanya berbarengan. Guru bertempat di Aula The Millenium Building (TMB) lantai empat, sementara karyawan bertempat di ruang kelas V-A.
Workshop guru bertema HOTS Implementation in Various Learning Activities dengan narasumber Dr Rahardjo MSi, dosen Unesa. Sedangkan tema workshop untuk karyawan adalah How to be a good employee and make effective communication dengan narasumber Meriana Candra K MPd, dosen UMSurabaya.
Mengawali materinya Rahardjo menyampaikan pertanyaan-pertanyaan yang menggelitik. Antara lain Apa itu HOTS? Apanya yang terjadi bila tidak melakukan HOTS? Siapa yang meminta harus HOTS?
Dengan lontaran pertanyaan-pertanyaan tersebut, tentu membuat peserta workshop berpikir. Ini juga termasuk salah satu dari contoh kasus Higher Order Thinking Skills (HOTS).
Ia kemudian menggarisbawahi bahwa zaman atau perubahan yang menuntut kita semua untuk mengaplikasikan HOTS tersebut. ”Tidak hanya dalam bentuk pertanyaan dalam ulangan saja, namun HOTS juga dapat diimplementasikan dalam metode pembelajaran dan aktivitas belajar yang lainya,” tuturnya.
Dia mencontohkan, jika seorang guru dalam mengajar hanya ceramah saja, maka itu dinamakan obsolete. Yang berarti jadul atau out of date. Sebab, menurutnya, saat ini guru bukanlah satu-satunya sumber informasi.
Saat siswa membutuhkan informasi tentang sesuatu, tinggal searching di internet. Semuanya sudah langsung didapat, tidak harus menunggu informasi dari gurunya lagi. ”Karena itu tugas guru adalah membantu dan mengarahkan untuk mendapatkan informasi yang benar,” jelasnya.
Ia memberikan beberapa contoh metode pembelajaran dalam materi Sains, Matematika dan IPS dengan menggunakan HOTS. Semua pembelajaran bisa disisipi dengan HOTS tersebut, termasuk agama, bahasa dan lainnya.
Menurutnya, guru harus mau berubah. Setidaknya ada empat hal yang harus diperhatikan. Yaitu see what’s out there. Yang berarti tidak melulu menggunakan satu buku ajar saja, namun bisa juga menemukan dari beberapa situs bahan ajar di internet (find some sites, try some software, do some researches).
Kedua, sambungnya, mulai dari hal-hal yang kecil (start small). Ketiga adalah bekerja sama dengan rekan guru untuk saling tukar ide maupun saling memberi masukan (collaborate). Terakhir adalah berani mengambil risiko (take a risk).
”Semua yang kita lakukan tentunya akan berdampak. Karena itu berani mengambil risiko adalah keharusan. Jangan sedikit-sedikit takut, akhirnya tidak melakukan inovasi apapun,” tegasnya. (Azizah)