PWMU.CO – Ada yang spesial dalam Pagelaran Seni Calon Guru SD UMG Berseni dalam Industri 4.0 yang diadakan Program Studi (prodi) Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Muhammadiyah Gresik (UMG), di Icon Mall Gresik, Sabtu (5/1/19).
Seorang mahasiswa difabel, M Amanatullah, ikut memeriahkan dengan melukis secara langsung menggunakan kedua kakinya.
Aam, sapaannya, adalah Mahasiswa Prodi PGSD yang mengalami difabel sejak lahir. Tangan dan kakinya mengalami hambatan. Tapi di balik itu justru ia punya kelebihan lain.
Kali ini lagi-lagi dia telah membuktikan pada dunia luar kalau hambatan fisik yang ada pada dirinya tidak menjadi penghalang baginya agar lebih bermanfaat bagi masyarakat luas.
Anak ke-6 dari pasangan Aliantoro dan Nasifah itu sekarang sudah menginjak semester V. “Semester depan akan mengikuti KKN,” ucap Aam saat ditemui sambil mengayunkan kakinya untuk tetap melukis.
Mahasiswa asal Gresik itu mengaku bakatnya mulai tampak sejak kelas III SD. “Saya sering ikut lomba lukis. Alhamdulillah sering menang juga,” tuturnya.
Kepada PWMU, Aam bercerita, di usia batita (bawah tiga tahun) dia sering melihat kakaknya belajar. “Saya langsung ikutan mengambil buku, bolpoin lalu menulis pakai kaki,” ucap Aam menuturkan cerita ibunya.
Saat itulah, sambungnya, kedua orang tuanya sadar bahwa anaknya mampu dan bisa memegang bolpoin meski dengan kakinya.
Rupanya, bakat melukis Aam menurun dari ayahnya. “Saya bisa melukis tapi tidak sehebat Aam, saya hanya pelukis autodidak,” tutur Aliantoro saat ditemui di samping anaknya yang sedang melukis.
Aliantoro menceritakan, mulai SMP, Aam sudah mengembangkan bakat melukisnya. “Pertama kali dia belajar pada Pak Inung yang mengajarkan untuk lebih berani menggambar dan menggunakan warna,” ujarnya.
Setelah itu, sambungnya, Aam juga belajar pada Pak Feri. Melalui Pak Feri Aam memperoleh pengetahuan tentang gradasi (permainan) warna. Baik Inung maupun Feri keduanya guru lukis Aam yang mengajar lukis menggunakan media crayon,” teramg Aliantoro.
Aam menambahkan, setelah itu dia bertemu dengan Pak Komang, guru lukis yang dia disebut begitu berjasa dalam kehidupannya.
Melalui Pak Komang, Aam mulai mendapatkan ilmu melukis yang sebenarnya. “Saya bisa menggunakan cat air atau cat minyak, juga memahami karakteristik dari masing-masing jenis cat, seni melukis serta tahapan finishing,” tuturnya.
Melalui Pak Komang Aam, sejak tahun 2016, bisa bergabung dengan AMFPA (Association of Mouth and Foot Painting Artist) yaitu asosiasi pelukis yang menggunakan mulut dan kaki. Aam termasuk 9 orang perwakilan dari Indonesia yang bisa masuk menjadi anggota AMFPA.
Setelah bergabung dengan AMFPA, setiap tahun Aam wajib mengirimkan lima buah karya lukisnya. Dan setiap bulan Aam berhak mendapatkan apresiasi atas hasil karyanya tersebut.
Selamat, teruslah berkarya, Aam! (Tsalis)