PWMU.CO – Imam atau pemimpin adalah sumber keteladanan. Apa yang dikatakan harus sesuai dengan apa yang dilakukan. Jangan sampai seorang pemimpin mengajak rakyatnya untuk mengencangkan ikat pinggang tetapi yang mengajak hidupnya bermewah-mewahan dan barang yang dipakai banyak dari luar negeri.
Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim H Nadjib Hamid MSi menyampaikan pernyataan itu saat memberikan ceramah pada Pengajian Ahad Padi di Masjid Al-Jihad Kompleks Pusat Dakwah Muhammadiyah Situbondo, Ahad (6/1/19).
Pemimpin, lanjut Nadjib, dijadikan untuk diikuti. Dalam shalat saja, syarat untuk menjadi imam sangatlah ketat. “Harus yang bacaannya lebih baik, hafalan lebih banyak, yang paling banyak mengetahui sunah atau hadits dan seterusnya. Sehingga, (imam) shalat tidak cocok untuk alat pencitraan,” ujar Nadjib yang disambut gerr-gerran hadirin.
Menurut Nadjib, fungsi pemimpin yang pertama adalah menggerakkan. Kalau sebuah komunitas atau organisasi tidak ada gerakan maka berarti kepemimpinan tidak berjalan. Kadang tidak adanya uang dijadikan alasan organisasi tidak bergerak. “Sejak dulu Muhammadiyah dan Aisyiyah bergerak bukan karena digerojok uang, tapi berbuat atau berkegiatan dulu maka uang akan datang dengan sendirinya,” tegas Nadjib.
Jadi pemimpin di ormas tantangannya seperti itu, berbeda dengan di pemerintah yang berjalan ketika dana sudah tersedia. “Memimpin ormas adalah menggerakkan dari tidak ada kegiatan menjadi ada kegiatan, dari tidak punya uang menjadi punya uang,” ungkap Calon Anggota DPD RI Dapil Jatim Nomer Urut 41 ini.
Di Muhammadiyah tidak boleh ada yang vakum. “Kalau ada daerah, cabang, ranting dan amal usaha Muhammadiyah (AUM) yang vakum maka perlu di cek siapa pemimpinnya,” ujar Nadjib.
Fungsi pemimpin yang kedua adalah mengkoordinasikan dan mengarahkan. “Jamaah ini tingkat pendidikannya berbeda-beda, begitu dengan ekonomi dan sosialnya, maka dalam menghadapinya juga tidak sama. Harus dikoordinasikan,” kata pria yang juga Wakil Ketua Baznas Jatim ini.
Fungsi koordinasi di Muhammadiyah tidaklah mudah karena yang dipimpin kelompok terpelajar. Biasanya imam sudah memberi perintah tapi makmum gak jalan-jalan. “Muhammadiyah sudah mengharamkan merokok tapi nyatanya masih ada yang membantah dan tetap merokok,” papar Nadjib yang lagi-lagi disambut gerr-gerran hadirin. (Sugiran)