PWMU.CO-Sekretaris Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Dr Abdul Mu’ti MEd menyatakan netralitas secara politik jangan dimaknai tidak peduli pada siapa yang terpilih.
Hal itu disampaikan Abdul Mu’ti dalam acara Konsolidasi Organisasi dan Persiapan Sidang Tanwir Muhammadiyah Tahun 2019 di Aula Mas Mansur Gedung Muhammadiyah Jatim, Jalan Kertomenanggal IV/1 Surabaya, Ahad (13/1/2019).
“Jangan dimaknai netralitas politik itu dengan ra urusan. Ra ngurus sopo sing dadi. Itu namanya Islam yang tidak tercerahkan,” tegas Mu’ti.
Mu’ti menjelaskan, ijtihad politik yang dilakukan Muhammadiyah bukan berarti Muhammadiyah menjadi partai politik.
“Tapi Muhammadiyah menjalankan politik kebangsaan dengan cara mendelegasikan kadernya untuk dititipkan ke berbagai partai politik. Dengan begitu Muhammadiyah tidak kemana-mana, tapi ada di mana-mana. Karena inilah dakwah Muhammadiyah. Melihat dakwah jangan hanya qaala wa qiila,” tuturnya.
Dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta itu menegaskan, jika warga Muhammadiyah ingin mengubah Indonesia ke arah yang lebih baik maka harus memperbaiki para anggota dewan di parlemen.
“Dakwah politik Muhammadiyah dengan cara mendelegasikan kader-kadernya masuk di parlemen. Karena segala kebijakan strategis terkait undang-undang itu yang mengesahkan adalah Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Maka kalau ingin produk legislasi yang mendukung dakwah, ya dukung yang pro dakwah,” tandasnya.
Ijtihad Politik Muhammadiyah, menurut Mu’ti, harus dilakukan tidak hanya di hulunya tapi juga di hilirnya. “Muhammadiyah memantau segala isi kebijakan dan para pengambil kebijakan. Sejak undang undang itu disusun, sejak masih dalam draft kita sudah mengkritisi,” tuturnya.
Sebelum mengakhiri sambutannya, Mu’ti berpesan agar warga Muhammadiyah berpolitik dengan cara yang baik dan benar.
“Berpolitik jangan kehilangan akal. Harus melakukan dengan cara yang benar dan jangan membenarkan segala cara. Jangan melanggar aturan. Jika yang lain melakukan dengan cara yang tidak benar kita jangan tiru karena kita harus jadi teladan,” pungkasnya. (Nely Izzatul)