PWMU.CO – SD Muhammadiyah 11 Dupak (SD Muhlas) mengadakan Imtihan Tahfidz juz 30 di sekolah, Sabtu (19/1/2019). Acara dimulai pukul 08.15 dengan pra acara tampilan kasidah dari siswa kelas II, III, dan IV.
Kepala Sekolah Irwan MPdI dalam sambutannya menyampaikan, sekolah Muhammadiyah selalu mengedepankan program keislaman dengan terus berpacu seiring perkembangan zaman. Salah satunya menjadi generasi penghafal Alquran khususnya juz 30.
”Tahun ini adalah tahun kedua yang mengalami peningkatan jumlah peserta. Tahun lalu 85 siswa dari kelas 6. Alhamdulillah tahun 2019 ini ada 130 siswa,” tuturnya.
Peserta ujian hafalan Alquran ini, sambung dia, terdiri dari 102 siswa kelas 6, dan 28 dari siswa kelas 4-5 yang sudah mencapai target hafalan juz 30.
Ketua Majelis Dikdasmen PCM Krembangan Izza Anshori menambahkan, keberhasilan seorang siswa juga tergantung peran orang tua di rumah. ”Tidak hanya mengandalkan guru di sekolah, sehingga apa yang dicita-citakan bisa tercapai dengan kerja sama antara sekolah-guru dan orang tua,” ujarnya.
Sebelum acara imtihan seluruh siswa kelas 6 dan kelompok tahfidz khusus melalui proses yang cukup panjang. Siswa dibina oleh guru BTQ mulai semester satu tahun 2018-2019.
Siswa setiap hari setor hafalan kepada seluruh guru yang ditemui hingga target yang ditentukan bulan Januari selesai untuk mengkuti imtihan. Satu pekan sebelum ujian dilaksanakan seluruh siswa diuji terlebih dahulu oleh guru BTQ atau guru tahfidh khusus.
Dalam proses imtihan tahfidh juz 30, peserta naik ke atas panggung berdasarkan kelompok yang sudah ditentukan oleh pembina. Ada 13 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 10 siswa dengan 1 siswa ditunjuk sebagai ketua kelompok.
Setiap kelompok diuji oleh tim dewan juri yang terdiri dari Drs Suhadi Moch. Sahli MA (Ketua Majlis Tabligh PDM Surabaya), Muh.Tuan Abas dari Majlis Tabligh PCM Krembangan, dan Nanang Fahrurrozi dari Lembaga Tahfidz Quran Nurul Falah Surabaya.
Sistem imtihan yang dilaksanakan menggunakan dua metode ujian. Metode pertama ketua kelompok mengambil lot yang disiapkan juri untuk menentukan surat apa yang akan dibaca secara estafet.
Metode kedua, tim juri membaca penggalan ayat, lalu setiap peserta melanjutkan tiga ayat berikutnya. Dengan semangat man jadda wa jada, semua peserta ujian mampu melewatinya. (Muriyono)