PWMU.CO – Rumah sakit yang dikelola Muhammadiyah dan Aisyiyah harus mampu membaca kebutuhan dan harapan masyarakat. Karena sesungguhnya produk layanan yang dihasilkan harus sesuai dengan apa yang dibutuhkan masyarakat. Demikian harapan dr Mochamad Anas SpOG, saat menutup “Pelatihan Metode Penelitian”, yang diadakan Majelis Pembina Kesehatan Umum (MPKU) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim di Hotel INN UMM Malang, Sabtu (28/5) hari ini.
(Baca: Rumah Sakit Muhammadiyah Akan Kembangkan Software Canggih Pengolah Data Strategis)
Ketua Divisi Perumah-sakitan MPKU PWM Jawa Timur ini juga menekankan pentingnya tindaklanjut dari pelatihan. “Diharapkan setelah sampai rumah sakit masing-masing, segera dikomunikasikan dengan Direktur untuk segera melakukan langkah konkrit,” kata pria penggila fotografi dan astronomi ini. “Diawali dengan melihat permasalahan di rumah sakit, maka ide penelitian bisa muncul dan langsung diikuti dengan penelitian,” kata dokter kandungan yang juga Direktur RSI Hasanah Mojokerto ini.
Sebelum acara penutupan, berbagai game dan simulasi dipraktikkan dalam pelatihan ini. Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga dr Farid Dimyati Lusno, MKL, misalnya, sebelum membimbing workshop pembuatan proposal penelitian, mengajak peserta berinteraksi melalui game berjudul ‘Kenal Sebelah’. Game ini dipilih agar sesama peserta semakin mengenal satu sama lain.
Selanjutnya, peserta diminta Farid menampilkan ‘proposal’ yang disusun untuk rencana penelitian yang akan dilakukan di rumah sakit masing-masing. Beragam proposal ditampilkan, mulai penelitian tentang pelayanan office boy, security, laundry, rawat jalan, rawat inap hingga soal keuangan. Dari 29 peserta, cukup banyak yang meneliti tingkat kepuasan, kebutuhan, dan harapan pasien.
(Baca juga: Bagaimana agar Data-Data di Rumah Sakit Muhammadiyah Bisa Berbicara?)
Menurut Ketua Panitia dr Tjatur Prijambodo, MKes, hal ini bisa menggambarkan Jaringan Rumah Sakit Muhammadiyah yang visioner. “Tidak hanya memonitor dan mengevaluasi pelayanan yang sudah diberikan, tetapi juga memikirkan kebutuhan dan harapan pasien,” katanya. “Itu semua bisa menjadi dasar bagi manajemen untuk mengambil kebijakan dan langkah stretegis ke depan.”
Pada praktik berikutnya, proposal yang disajikan dianalisis bab per bab. Bab Pendahuluan menjadi yang pertama yang dibahas, selanjutnya berturut-turut Tinjauan Pustaka, Kerangka Konseptual, Metoda Penelitian, Hasil, Pembahasan, dan Simpulan dan Saran.
Pada sesi ini Farid menjelaskan secara gamblang, bagaimana cara membuat latar belakang, mengidentifikasi masalah, pembatasan masalah, membuat rumusan masalah sampai tujuan dan manfaat dibuatnya penelitian. “Dalam pencarian masalah, harus berdasar problem based evidences. Untuk itu, diperlukan data atau informasi awal,” kata Tjatur yang ikut memantau terus jalannya pelatihan.
Sekretaris Pusat Studi Jaminan Sosial Unair, Dr drg Setya Haksama, M Kes mereview keseluruhan materi selama dua hari pelatihan. Haksa, panggilan akrabnya, berharap kolaborasi antara Unair dan Muhammadiyah dalam konteks perumah-sakitan ini bisa berkelanjutan. “Tidak hanya pada penelitian tapi juga pada tataran pendidikan kedokteran,” katanya (MN)