PWMU.CO – Sebagai jurnalis, kehadiran narasumber spesial tentu tidak disia-siakan. Seperti yang dilakukan A Fajrul Falakh dan Nadia Aulia Tahira, saat di sekolahnya, SMPM 12 GKB, kedatangan tamu istimewa Koyama Rin dari Jepang dalam acara Japan Cross Culture and Understanding, Kamis (25/1/19).
Kedua siswa kelas International Class Program (ICP) ini langsung melakukan liputan terkait dengan budaya literasi yang sangat menonjol di Jepang.
“Intinya kami ingin tahu, bagaimana masyarakat Jepang itu menjadikan membaca sebagai budaya,” ujar Fajrul, sebelum sesi wawancara, ketika ditemui PWMU.CO di open hall sekolah.
Hal senada juga disampaikan Nadya. Siswa yang hobi baca novel ini ingin mengetahui alasan-alasan mengapa orang Jepang ‘tergila-gila’ dengan membaca.
“Saat antre, mereka membaca, saat naik kereta atau bus, mereka membaca. Ini yang ingin saya dengar langsung dari Koyami Rin tantang kebenarannya,” paparnya.
Setelah memberikan materi tentang budaya Jepang pada 80 peserta Sharing Session ICP, keduanya tampak melakukan wawancara.
“Di Jepan itu, siswa SD sampai perguruan tinggi itu sudah ada waktu khusus yang diberikan oleh sekolah untuk membaca,” kata Fajrul setelah mewawancarai Koyama Rin.
Pembiasaan ini, lanjut Nadya, yang membekas sehingga ketika di rumah, di fasilitas umum, atau di mana saja, mereka pasti membawa buku dan membacanya.
“Koyami Rin pun bisa menyelesaikan lima buku dalam satu bulan saat di Indonesia,” ungkap Nadya, menirukan.
Setelah melakukan wawancara, Fajrul dan Nadya mengaku takjub terkait dengan budaya literasi orang Jepang. Ketika di Indonesia, menurut Fajrul, banyak yang tergila-gila aplikasi di media sosial, orang Jepang masih memegang tradisi yang sudah diajarkan di sekolah, yaitu membaca.
“Pantas orang Jepang, secara keilmuan sangat menonjol,” pungkasnya. (Ichwan Arif)