PWMU.CO – Wakil Ketua Pimpinan Wilayah (PWM) Jawa Timur Prof Dr Zainuddin Maliki MSi mengatakan, pendidikan yang baik dimulai dari minat anak bukan dari kurikulum.
“Belajar yang baik harus berangkat dari minat anak. Guru wajib mengenal minat anak baru kemudian watak. Pendidikan yang berangkat dari minat dan watak belum diterapkan di Indonesia karena di Indonesia guru mengajar berdasarkan kurikulum,” ujarnya.
Zainuddin menyampaikan hal itu dalam Rapat Kerja (Raker) Majelis Dikdasmen dan Kepala Sekolah Muhammadiyah Tahun 2019 Se-Kabupaten Gresik, di Hotel Inna Tretes, Pasuruan, Sabtu (26/1/19) malam.
Zainuddin menjelaskan, jika berpikir komprehensip dalam melihat pendidikan maka harus dimulai dari konteks, baru kemudian memperhatikan input.
“Tidak harus melihat input yang bagus, karena pendidikan dikatakan istimewa jika input tidak bagus tapi diproses dengan baik sehingga menghasilkan output yang baik,” ujarnya. Menurut dia, jika sekolah itu hanya menerima input yang baik, itu namanya sekolah eksklusif.
Penasehat Dewan Pendidikan Jawa Timur ini juga menjelaskan ledakan ilmu pengetahuan menghasilkan yang Disruption Era atau perubahan yang cepat hampir di semua aspek.
“Salah satu yang diuntungkan Disruption Era adalah kebijakan publik pascakrisis finansial global memasukkan Indonesia menjadi negara Asia yang ekonominya tumbuh positif di samping Tiongkok dan India,” ujar Caleg DPR RI PAN Dapil Gresik-Lamongan nomor urut 2 ini.
Menyangkut materi Sinergi Antarsekolah Muhamamdiyah untuk Kemajuan Mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Surabaya itu menegaskan, Muhammadiyah harus bersinergi, tidak hanya dengan sesama Muhammadiyah. Kalau perlu dengan lainnya. Untuk itu kita harus bisa membangun kecerdasan dengan bersinergi,” kata dia.
Dalam membangun kecerdasan bersinergi, sambungnya, anak-anak harus diajarkan critical thinking yaitu cara berpikir kritis dan kemampuan menyelesaikan masalah. “Untuk itu pembelajaran yang baik adalah yang bersifat problem solving,” papar Zainuddin.
Di akhir paparan Zainuddin mengajak menjadikan anak-anak menjadi amanah. “Jangan menghilangkan hak mereka dan dipaksa menjadi dewasa sebelum waktunya. Jika hak anak hilang maka ketika dewasa akan mencari haknya,” ujarnya. (Tineke)