PWMU.CO – Perkembangan akhir-akhir ini menunjukkan bahwa pengusaha non-pribumi yang dulu fokus dalam bisnis sekarang sudah menguasai modal besar. Modal besar tersebut digunakan sebagai alat politik untuk membeli suara kaum muslimin dalam rangka merebut kepemimpinan di Indonesia.
Wakil Ketua PWM Prof Achmad Jainuri. M.A. Ph.D mengatakan bahwa suara kaum muslimin dalam politik harus solid. Kaum muslimin tidak boleh memandang politik hanya dalam sudut materi, tetapi juga melihat visi yang diemban.
“Kalau suara kaum muslimin mudah dibeli dengan materi, maka kita akan sulit menjadi pemenang. Dengan begitu, umat muslim juga akan mudah terpecah belah,” kata Jainuri dalam Kajian Pra Ramadhan 1437 H Keluarga Besar Muhammadiyah dan Aisyiyah Gresik, di Gedung PDM Gresik, Jalan Permata No. 7 Graha Bunder, Sabtu (28/5).
(Baca: Aisyiyah Jangan Sering Menoleh Ke Belakang dan Tak Hanya Kajian Ramadhan, Pra Ramadhan Pun Ada)
Dia menambahkan, fenomena mudah terbelinya suara umat muslim tersebut cukup menyulitkan bagi gerakan dakwah Muhammadiyah. Karena gerakan dakwah tersebut akan terbentuk oleh aspek materi yang saat ini menjadi prioritas masyarakat. “Ya, jelas hal ini menghambat jalan dakwah kita. Jadi, fenomena tersebut harus dihilangkan. Paling tidak, diminimalisir,” harap Jainuri.
Untuk itu, lanjut Jainuri, warga Muhammadiyah harus mulai menanamkan kesadaran dalam berpolitik etis. Dalam hal itu, umat Islam tentunya harus mengikuti dan mengamalkan nilai-nilai kemajuan yang prinsip-prinsipnya sudah diajarkan oleh Rasulullah.
“Rasulullah sudah mengajarkan prinsip-prinsipnya. Hal itu juga sudah dibuktikan dalam perilaku sehari-hari, khususnya dalam mematuhi nilai-nilai moralitas,” terangnya. (ilmi)