PWMU.CO – Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya menggelar kuliah umum bertemakan “Islamic Studies di Era MEA”. Kegiatan yang terselenggara di Aula UMSurabaya, Jum’at (27/5) kemarin itu, menghadirkan narasumber Azhar Ibrahim PhD dari Nasional University of Singapore.
Dalam kesempatan itu Azhar memaparkan tentang perkembangan Islamic Studies di Indonesia. Menurut Azhar Islamic Studies mengalami perkembangan signifikan. Itu dapat dilihat dengan banyaknya kelompok-kelompok kajian anak muda. Terutama kajian di luar mainstrem. Seperti dilakukan JIMM di Muhammadiyah dan JIL di kalangan NU.
(Baca: Penulisan Sejarah Islam Harus Objektif dan Pentingnya Paradigma Pendidikan Berkemajuan di Muhammadiyah)
Namun, lanjut Azhar di kalangan kampus, Islamic Studies mengalami pengetatan dengan pembatas-pembatas luar biasa. Itu disebabkan, papar Azhar karena Islamic Studies masih terjebak pada kerangka teologis.
”Kajian-kajiannya lebih menggunakan keimanan dan hukum sebagai standar kajian. Maka, kalau ada pemikiran di luar mainstrem dengan pendektan filsafat atau sosiologis yang lebih luas dan bebas sudah dianggap liberal dan sesat,” paparnya.
Sementara Sholikh Al Huda Mfil I, selaku dosen FAI UMSurabaya dan Kandidat Doktor Islamic studies UINSA surabaya mengungkapkan stagnasi perkembangan Islamic Studies di PTM atau di dunia Islam disebabkan dua hal. Salah satunya problem paradigmatik. Di mana paradigma kajian Islamic Studies masih berkutat pada paradigma habit (tradisi) dan believ (teologis).
”Kajian kita masih terfokus pada persoalan-persoalan ritual ibadah dan perdebatan kalam. Belum menyentuh problem sosial yang dihadapi masyarakat. Sehingga kurang dapat memberi solusi terhadap problem Yang ada,” ujar Sholik melanjutkan, kedepan di butuhkan paradigma inquiry ( berbasis data). Kajian Islamic Studies harus berbasis data lapangan (problem masyarakat).
(Baca: Kerjasama dengan Taiwan, UMSurabaya Menuju Kampus Bertaraf Internasional)
Problem selanjutnya, terang Sholik yakni problem metodologis. Menurut Sholik saat ini, kebayakan metodologi yang dikembangkan dalam Islamic Studies masih berkutat pada metodologi yang bersumber pada studi Islam klasik ( studi tafsir, hadits, kalam, dll). ”Ke depan dibutuhkan tambahan sumber kajian Islamic Studies dengan studi Islam kontemporer dengan ilmu-ilmu filsafat, sosiologi, politik, budaya dan juga sejarah ekonomi,” tandasnya. (aan)