PWMU.CO – Workshop Sekolah Aman yang diselenggarakan oleh Sekolah Cerdas Kota Surabaya (akronim dari ceria damai, dan siaga bencana)—program MDMC dan Piece Generation yang didukung oleh Lazismu—mendapat dukungan dari Majelis Dikdasmen Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Surabaya, Majelis Dikdasmen Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Ngagel, serta Lazismu Ngagel, Surabaya.
Kegiatan bertema “Menuju Surabaya Tangguh” ini diikuti 30 peserta dari 22 sekolah Muhammadiyah di Surabaya, di The Millenium Building (TMB) SD Muhammadiyah 4 Pucang Surabaya, Sabtu, (26/1). Sebagai pembicara ahli adalah Arif Nur Kholis, Sekretaris Disaster Management Center (MDMC) Pimpinan Pusat Muhammadiyah, yang menyampaikan materi Fikih Kebencanaan.
Arif mengatakan manusia tidak bisa menghindari bencana. Tetapi, manusia bisa melakukan mitigasi atau kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana tersebut. “Dan sebenarnya, bencana itu tidak mengacu pada hal negatif. Karena dalam bahasa Arab arti bencana itu netral. Bisa baik dan bisa juga buruk,” ungkapnya.
Ia memberi ilustrasi, seseorang yang ketinggalan pesawat kemudian merasa kehilangan dan rugi karena tiket seharga satu juta rupiah hangus terbakar. “Ini bencana bukan (bagi orang itu)?” tanyanya. Peserta pun serentak menjawab, “Iya.”
Aris melanjutkan, tidak lama setelah itu, orang tadi mendengar berita bahwa pesawat dengan nomor sekian telah jatuh dari ketinggian. Ternyata itu adalah pesawat yang harusnya dia tumpangi. “Kira-kira, orang tadi bersyukur atau tidak karena telah terlambat?” tanyanya.
“Sama halnya jika terjadi gempa bumi di tengah lautan, apakah itu termasuk bencana? Sementara peristiwa tersebut tidak menimbulkan korban jiwa, kerusakan infrastruktur, dan hilangnya harta benda?” dia menegaskan.
Arif lalu menjelaskan bahwa hal itu hanya peristiwa alam saja. “Kecuali gempa bumi tersebut mengakibatkan kerusakan bangunan, mengakibatkan hilangnya nyawa manusia, dan menyebabkan harta benda rusak. Itu baru bencana,” ungkapnya.
Selain tim ahli, kegiatan yang berlangsung mulai pukul 08.00 WIB hingga sore ini juga diisi oleh dua fasilitator sekolah cerdas: Anna Desliani dan Maitsa Putri Shafa yang mendampingi peserta dalam pembuatan prosedur tetap (protap) evakuasi mandiri.
Rizal Hermawan dari Lazismu Ngagel mengapresiasi workshop ini karena bersifat partisipatif. “Sehingga peserta terlihat aktif dalam menerima materi,” ujarnya.
Kegiatan juga disambut baik oleh peserta dengan dituliskannya komitmen dalam bentuk tencana tindak lanjut (RTL) yang akan di-follow up oleh sekolah masing-masing.
Di akhir acara seluruh peserta diminta menandatangani petisi “Menuju Surabaya Tangguh” yang diinisiasi oleh sekolah cerdas sebagai bentuk komitmen peserta dalam aktivitas pengurangan risiko bencana di Surabaya. (Novita)