PWMU.CO-Kisah Bu Raki ini seperti sinetron. Perempuan berusia 64 tahun ini sekarang hidup sebatang kara. Orang-orang yang dikasihi telah meninggal dunia semua. Satu per satu. Bu Raki hidup miskin di Dusun Duri Desa Dumpi Agung Kembangbahu Lamongan.
Lazismu Lamongan mengunjungi perempuan ini untuk menyerahkan bantuan, Ahad (3/2/2019). Dia menjadi mustahiq melalui Program One Click One Care setelah tetangganya mengabarkan kondisinya kepada Lazismu.
Eksekutif Lazismu Lamongan Widya mengatakan, Bu Raki salah satu mustahiq yang mendapat bantuan beras untuk menopang hidupnya. Dia buruh tani kalau ada yang memanggilnya kerja di sawah. Karena hidup sendiri tak banyak kebutuhan yang dia perlukan. ”Tetangganya juga perhatian. Sering membantu lauk pauk,” katanya.
Bu Raki menceritakan, mula-mula ditinggal mati suaminya karena sakit. ”Sakit gak bisa mengobatkan akhirnya meninggal,” katanya. ”Mungkin sudah umurnya segitu, Gusti Allah yang menggariskan,” ujarnya pasrah.
Menjadi janda tak membuatnya putus asa. Dia lanjutkan hidup bersama dua anaknya. Bekerja sebagai buruh tani. Serabutan apa yang bisa dikerjakan. Beruntung akhirnya anak pertama bisa bekerja di pabrik. Anak kedua meneruskan sekolah di SMK.
Tapi malang tak dapat ditolak, untung tak bisa diraih. Anak pertamanya meninggal kecelakaan kerja di pabriknya. Duka cita menimpa perempuan ini lagi. ”Sudah garis hidup anak saya segitu,” ujarnya. Tinggallah dia berdua dengan anaknya yang masih sekolah di SMK.
Namun musibah belum berakhir. Beberapa waktu kemudian datang kabar anak keduanya kecelakaan lalu lintas saat naik sepeda motor ke sekolah. Anak itu akhirnya juga meninggal dunia. Betapa sedihnya Bu Raki menerima kenyataan semua anggota keluarga mendahuluinya.
Kini dia hidup sepi sendiri di rumah. Bersyukur para tetangga menghibur dan membesarkan hatinya. Dia pergi ke masjid untuk shalat berjamaah. Melafalkan doa-doa untuk pengampunan suami dan anak-anaknya di akhirat.
Tapi ada sesuatu yang membuat dia bersemangat menjalani hidup. Meskipun sendiri. Saat anaknya masih hidup sudah ada niat pergi haji. Bu Raki ingin mewujudkan keinginan anaknya itu. Karena itu saat dia menerima dana santunan Jasa Raharja atas kematian anaknya, uang itu dia tabungkan haji. Tidak dia pakai untuk makan.
Kemudian dia jual sepetak sawah yang dia punya. Laku sekitar Rp 30 juta. Sebagian dia pakai memperbaiki rumah. Sisanya dia masukkan tabungan haji. Kini uang tabungan baru terkumpul Rp 15 juta. Masih belum cukup untuk daftar haji.
Kedatangan Lazismu ke rumahnya, selain memberi bantuan sembako juga menyerahkan uang bantuan untuk haji sebesar Rp 5 juta. Bantuan diserahkan oleh Ketua Lazismu Lamongan Sujudna sekaligus menyerahkan beras.
Kini tabungan haji Bu Raki mencapai Rp 20 juta. Masih kurang juga untuk daftar haji sebesar Rp 30 juta. Apalagi melunasi BPIH yang tahun ini sebesar Rp 35 juta.
Bu Raki berterima kasih kepada Lazismu yang menambahi tabungan haji. Karena masih kurang dia terus berdoa dilancarkan rezekinya sehingga cita-citanya berhaji terlaksana. ”Saya berdoa terus pada Gusti Allah agar diberi rezeki untuk menghajikan anak saya,” katanya. (Irsha)